Saturday, 5 December 2020

Indahnya Drama Tanpa Drama dalam Serial Hospital Playlist


“Ngapain sih nonton drama? Hidup sendiri aja udah banyak drama”.

He he kiranya itu yang terlintas dipikiranku dulu ketika belum menyadari asyiknya nonton drama.

Drama sendiri dapat dartikan menjadi beberapa definisi. Menurut KBBI drama diartikan menjadi 3 macam. (1) drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan, (2) drama adalah cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater, (3) drama adalah kejadian yang menyedihkan. (https://kbbi.web.id/drama). 

Nah dari beberapa definisi diatas yang dimaksud kata drama 1 dalam judul adalah drama dengan definisi 1 sementara kata drama 2 (tanpa drama) merujuk pada definisi drama no 2 dan 3, dimana drama menekankan pada konflik dan kejadian yang menyedihkan. Gimana sampai sini paham kan? . 

Oke lanjut…

Salahsatu drama yang banyak diminati tahun ini adalah Hospital Playlist. Hospital Playlist adalah drama yang berkisah tentang 5 dokter yang bersahabat sejak dari mereka sekolah kedokteran. Karena suatu hal mereka bekerja di rumah sakit yang sama dan cerita diantara ke 5nyapun dimulai. Kenapa judulnya Hospital Playlist ya? Ternyata didalam rangkaian ceritanya ke 5 dokter ini membentuk sebuah band yang akan membawakan lagu-lagu yang indah nan menyayat hati disetiap episodenya.

Ke 5 karakter dokter ini adalah (1) Lee Ik Jun yang diperankan oleh Jo Jung Suk, memerankan seorang dokter bedah dengan 1 anak. Cerdas, humoris dan pandai bergaul. (2) Kim Jun Wan yang diperankan oleh Jung Kyung Ho, seorang dokter spesialis bedah toraks yang terkenal dingin dan kejam. Namun sebenarnya ia orang yang cukup perhatian. (3) Chae Song Hwa yang diperankan oleh Jeon Mi Do, seorang dokter syaraf dan satu-satunya perempuan dalam persahabatan ini. Ia pintar, baik tapi dikenal dengan julukan “setan”. (4) Ahn Jung Won diperankan oleh  Yoo Yeon Seok, seorang dokter bedah anak yang berkeinginan jadi pastor. Anak seorang presdir tapi sering gak punya uang. (5) Yang Suk Hyung diperankan oleh Kim Dae Myung sebagai seorang dokter spesialis obgyn. Anak mama, polos tapi dibenci bawahannya.

Wah tokoh-tokohnya menarik bukan…

Bisa dibilang serial ini tanpa drama yang khas seperti drama lain. Ya didalamnya tidak ada perebutan harta, tahta apalagi chef Renata eh wanita maksudnya. Drama yang berjumlah 12 episode ini banyak bercerita tentang kehidupan realistis manusia yang dikemas dalam profesi dokter. Hampir semua karakter di drama ini adalah protagonist, ada beberapa tokoh antagonis tapi dijamin gak bikin darah mendidih.

Hal yang menarik dari drama ini adalah menceritakan tentang persahabatan, keluarga, rekan kerja, hubungan percintaan yang realistis dan gak jauh dengan kondisi di kehidupan nyata tapi dikemas secara beda dari drama kebanyakan. Buat meringkasnya aku mau jabarin menjadi beberapa point:

1. Cinta dengan sahabat sendiri, ini yang dialami salah tiga tokoh dari 5 sahabat ini. Tidak seperti drama kebanyakan, cerita cinta antar sahabat ini tidak menimbulkan perpecahan dan konflik antar sahabat. Bahkan salah satunya berhasil memendam dan tidak mengutarakan selama hamper 10 tahun. Lalu apakah akan ada yang jadi pasangan diantara 5 sahabat ini? Kita tunggu di seoson 2nya.

2. Tidak terobsesi dengan kekayaan dan warisan keluarga. 2 dari 5 tokoh berasal dari keluarga berada, saat ayah masing-masing meninggal dan meninggalkan warisan yang cukup besar, keduanya tidak memilih untuk mengelola warisan dan menyerahkan pada pihak lain. Keduanya tetap ingin menjadi dokter. Gimana? gak seperti drama lain yang mati-matian rebutan buat dapet warisan kan?

3. Isu perselingkuhan tidak selalu digambarkan menderita. Ada dua cerita tentang perselingkuhan yang ada dalam drama ini. Pertama perselingkuhan ayah Yang Suk Hyung dan perselingkuhan istri Lee Ik Jun. Dari cerita pertama, meskipun mengetahui suaminya selingkuh, ibu Yang Suk Hyung bersikukuh tidak mau bercerai. Ia berpandangan jika ia memilih bercerai hanya akan memberikan kebahagiaan bagi si pelakor, ia tidak rela itu terjadi dan berkeinginan menjadikan pelakor itu wanita simpanan selamanya dan tidak mengijinkannya menjadi “nyonya”, ia ingin suaminya mati sebagai suaminya. Sudut pandang lain yang juga aku temui di drama ini, ternyata ada sudut pandang seperti ini dari wanita yang diselingkuhi, tidak peduli apa yang ia rasakan, ia tidak ingin wanita lain bahagia diatas penderitaannya. Trus gimana akhirnya? Silahkan ditonton sendiri ya…. 

Untuk kasus istri Lee Ik Jun yang selingkuh, sungguh kejam menurutku, gimana enggak, Lee Ik Jun rela merawat anak sendiri di Korea sambil bekerja jadi dokter sementara mengijinkan istrinya keluar negeri untuk mengejar karir eh ujung-ujungnya diselingkuhin. Tapi Lee Ik Jun bukan tipe pria yang menangis meratapai apa yang telah terjadi. Ia berhasil melanjutkan hidup dengan baik dengan anaknya, dan iya…. Anaknya masih menjadi anak yang manis tidah suka memberontak seperti gambaran anak-anak broken home lain dalam drama.

4. Sisi humanis dari setiap tokoh. Ya, setiap tokoh memiliki permasalahan dan kehidupan probadi masing-masing. Termasuk bagaimana interaksi mereka dengan para pasien. Dari interaksi-interaksi tersebut akan selalu terselip nilai dan cerita-cerita menyentuh yang siap menggetarkan hati penonton. Seperti kisah dua mahasiswa kedokteran yang belajar kedokteran karena kebaikan seorang dokter yang merawat ibu mereka beberapa tahun lalu, dan ternyata dokter inspiratif itu adalah salah satu dari 5 dokter karakter utama. Siapakah ia, cari tahu sendiri ya….

Itu tadi sedikit gambarannya. Drama ini cocok banget bagi kalian yang sedang cari rekomendasi Drakor yang ringan, gak banyak konflik, gak banyak mikir dan mengademkan hati he he. Bagi yang belum nonton cuslah tambahin kedalam list drakor kalian.

Saking bagusnya drama ini mendapat beberapa penghargaan diantaranya drama terbaik dan OST terbaik dalam ajang Brand Of The Year Award 2020. 
Drama ini akan kembali mengudara di tahun 2021 nanti untuk seoson 2. Ya memang cerita di seoson 1 masih banyak yang belum selesai, bagaimana nasib percintaan masing-masing tokoh belum terlihat jelas. Jadi sambil menantikan seoson 2 tayang silahkan ditonton bagi yang belum nonton.

Saturday, 26 September 2020

Belajar Hidup dari Buku “I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki”

 

Siapa yg gak tahu Tteokpokki?

Jajanan kaki lima khas korea yg sering muncul dalam berbagai drama korea. Iya yg itu, kue beras yg dimasak dengan bumbu pasta cabai dengan cita rasa pedas dan asam. Gimana sudah pernah makan?.

Tapi kita gak akan bahas Tteokpokki ya... Melainkan sebuah buku yg mengandung Tteokpokki. Iya judulnya aja he he.

 


Yaps apalagi kalau bukan buku #1 best seller di Korea Selatan I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki karya Baek Se Hee. Buku ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh Penerbit Haru tahun 2019. Buku yg aku punya adalah buku cetakan ke 10. Wah laris juga ya di Indonesia.

Apasih istimewanya buku ini sampai laris manis dimana-mana?. Ayok kita coba cari tahu.

Dari kenampakannya dulu ya. Buku ini punya cover manis berwarna ungu muda dengan ilustrasi seorang perempuan yg sedang tidur dengan selimutnya (ala2 orang yg lagi sedih gitu). Melihat isi dalamnya kita akan disuguhkan dominasi warna pink untuk bagian2 tulisan tertentu. Menururtku ini membuat bukunya jadi terkesan eksklusif untuk perempuan, selain itu aku juga pernah menjumpai buku lain dengan dominasi warna yg sama. Padahal isinya sebenarnya bisa relate buat siapa aja bisa laki2 atau perempuan walaupun penulisnya perempuan.


Emang isinya bahas apa sih?

Buku ini berisi esai dari si penulis yakni Baek Se Hee yang mengidap Distimia. Didalam bukunya akan disajikan percakapan penulis dengan psikiaternya. Iya mostly isinya percakapan. Bagi yang mudah bosan, mungkin ini agak sedikit membosankan, tapi percayalah ada nilai-nilai yang terselip dari setiap percakapan mereka. Dari percakapan itu kita bisa mengetahui penilaian, saran, nasihat dan evaluasi diri yg diharapkan bisa bermanfaat bagi pembaca untuk bisa menerima dan mencintai diri sendiri.

Apa aja isinya? Aku bakal kasih tau sedikit nih..

Distimia atau gangguan distimik adalah kondisi dimana penderitanya mengalami depresi ringan yang berkepanjangan dan terus menerus. Ini berbeda dengan gangguan depresi mayor yang menunjukkan gejala depresi berat. Menurut dr. Jiemi Ardian, Sp.Kj, persistent depressive disorder (distimia) adalah bentuk kronis (jangka panjang) dari depresi. Seseorang dapat kehilangan ketertarikan yang normal pada aktivitas sehari-hari, merasa tidak ada harapan, produktivitas berkurang, harga diri yang rendah dan perasaan tidak layak. Distimia berbeda dengan depresi dalam derajatnya serta durasi waktunya yang sangat lama. 

Nah si penulis mendapat diagnosis distimia dari psikiater yang menanganinya. Pola pikir orang yang menderita distimia seringkali unik dan itu juga yang terjadi pada sosok Se Hee. Awalnya Se Hee hanya merasa depresi biasa. Diawal buku dijelaskan bagaimana ia tidak percaya diri, memiliki tendensi ketergantungan dan perilaku unik lainnya yang menjurus pada diagnosa distimia.

Contohnya, Se Hee punya kebiasaan menegur seseorang yang melakukan tindakan yang ia anggap mengganggu, seperti berbicara keras saat telepon di bus umum. Menurutnya jika ada 10 kasus seperti itu ia ingin menegur sepuluh kali. Lalu sang psikiater memberi saran:

"Anda menjadikan hal yang bisa dikritik orang lain menjadi tanggung jawab anda sendiri. Padahal menghindari orang-orang yang tampaknya tidak akan peduli setelah ditegur adalah pilihan yang baik. Mencari satu persatu akar permasalahan dan berusaha menyelesaikannya sendiri adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin. Tubuh kita hanya ada satu, tidak perlu membebankan peran yang terlalu besar untuk tubuh ini".

 

Karena isi buku ini kebanyakan adalah percakapan maka nilai atau hal yang ingin ditonjolkan dalam pembahasan harus digali lebih dalam. Perlu beberapa pemahaman untuk memahami maksud yang disampaikan dari keduanya. Oleh karenanya aku merangkum beberapa hal yang kiranya penting dan sesuai dengan kondisi kebanyakan kita. Tentunya tidak akan semua aku sampaikan ya. Akan lebih baik jika setelahnya kalian membaca sendiri dan menemukan sudut pandang menurut kalian sendiri. Yuk lanngsung saja.


Khawatir terhadap penilaian orang lain 

Perilaku Se Hee yang juga mirip dengan kita kebanyakan adalah terlalu mengkhawatirkan apa yang dipikirkan orang lain. Akibatnya kepuasan terhadap diri sendiri menurun. Perilaku yang muncul adalah kebiasaan mengawasi diri sendiri, memastikan diri oke atas perilaku, penampilan maupun kata2 kita. Kita jadi semacam memantau diri melalui cctv, begitu kata sang psikiater. Dampaknya apa? Tentu kita akan kelelahan sendiri. Padahal kita bisa mengabaikannya.

"hal yang paling penting adalah perasaan senang dan gembira dari dalam diri anda, tidak peduli apa yang orang lain pikir atau katakan. Saya harap anda bisa memenuhi keinginan diri anda terlebih dahulu, tanpa memikirkan apa yang dilihat oleh orang lain".


Minder ketemu dengan orang baru

Se Hee seringkali merasa minder ketika bertemu dg orang lain. Ia merasa jika dirinya biasa saja dan takut jika orang lain tahu, mereka akan meninggalkannya. Bagaimana cara mengatasi pikiran ini?

"apakah ini masalah yg harus diperbaiki? Semua kembali pada bagaimana cara anda memandang diri anda. Saat ini anda menetapkan standar anda sendiri dan menyiksa diri anda dengan standar itu."

Perasaan superioritas dan inferioritas juga ia alami. Ia akan merasa PD jika ia merasa dirinya superior dibanding orang lain, seperti lulus dari universitas yang lebih baik contohnya. Sebaliknya jika ia tahu bahwa lawannya lebih superior darinya ia akan merasa minder. Padahal perasaan superioritas dan inferioritas hanya terbawa oleh standar kebanyakan.

 

Tidak mengenali diri sendiri

"saya belum mengenl diri saya sendiri, apa yg harus saya lakukan?

"banyak orang yg mengaku kenal terhadap diri sendiri, tapi lebih baik jika kita berpikir dan bertanya, "apakah aku benar2 mengenal diriku sendiri? Ataukah aku hanya melihat sosok diriku seperti yang ingin kulihat saja?”

"mana yg benar?"

"pada akhirnya kita tentu harus melihat sosok diri kita secara keseluruhan. Secara multi dimensional."

Melihat diri sendiri sama halnya dengan melihat orang lain, kita tidak bisa melihat tokoh hanya berdasarkan baik atau jahat saja, melainkan keseluruhannya. Jika kita bisa melihat orang lain secara keseluruhan maka kita juga harus melakukan hal yang sama terhadap diri sendiri.

 

Obsesi terhadap penampilan

Kecenderungan untuk menganggap diri kurang menarik, tidak cantik, tidak sesuai standar orang lain memang akan selalu melekat ya. Ini pula yang dialami Se Hee.

“saya paham bahwa saya tidak bisa memenuhi ekspektasi semua orang. Tapi pada kenyataannya saya tidak bisa menerimanya. Saya banyak menyalahkan diri saya karena masalah ini”.

“saya pikir masalah ini bukanlah masalah yang harus dihindari, tapi harus anda nikmati. Anda hanya perlu menikmati keseharian anda. Terkadang ada saatnya dimana anda ingin merias wajah sesuai dengan perasaan anda hari itu. Tapi ada saatnya pula anda tidak ingin merias wajah anda sama sekali. Saat itulah sebaiknya anda bersikap masa bodoh dan membiarkan orang-orang menilai sesuka hati mereka”.


Jadi…. 

Itu tadi beberapa poin yang coba aku ulas dari buku ini. Jika kalian tertarik bisa langsung baca saja fullnya. Harga asli buku ini Rp. 99.000, tapi sudah banyak diskon di berbagai marketplace menjadi sekitar Rp. 80.000an saja. Buku ini cocok bagi kalian yang memiliki berbagai macam pikiran dan kecemasan dalam kehidupan sehari-hari, meskipun tanpa diagnosis gangguan mental apapun ini juga bisa jadi pelajaran buat kita untuk memahami orang-orang yang mungkin sedang berjuang menghadapi gangguan yang mereka alami.

Oh iya buku seri 2 nya juga sudah terbit. Bisa kalian jadikan bahan bacaan selanjutnya setelah buku satu selesai jika kalian tertarik dengan kelanjutan ceritanya.

Terimakasih sudah mampir. See u di buku-buku selanjutnya ya.

Saturday, 19 September 2020

KENALAN SAMA FILOSOFI TERAS YUK! SUPAYA MENTALMU GAK CEPET LOYO

 


Hallo, sudah lama nih gak bahas buku, kali ini aku mau bahas buku yang sebenernya sudah lama pengen aku bahas. Sebuah buku best seller yang waktu aku beli ada di jajaran top 10 book di Gramedia. Yaps “Filosofi Teras”. Buku bercover putih, kuning dan hijau ini ditulis oleh Henry Manampiring dan diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas pada tahun 2019. Tebal bukunya 320 halaman dengan harga Rp. 98.000. Menurutku cukup sesuai harga dengan tebal bukunya apalagi isinya he he.

Bahas apasih? Filsafat ya? Ah berat banget kayaknya. Eh ternyata bukan loh. Buku ini berisi pengalaman pribadi sang penulis dalam menerapkan filosofi teras untuk mengatasi kecemasan-kecemasan yang dulu ia rasakan. Jadi kita gak akan belajar filsafat secara teoritis tapi secara praktis.

Dijaman yang semua serba online ini siapa sih yang bisa menjamin jika kondisi mental kita tetap baik-baik saja? Masalah insecure, overthinking, anxiety, mudah marah dan banyak emosi negative lainnya agaknya begitu mendominasi keluhan orang-orang. Apalagi disaat pandemic seperti ini, rasanya emosi negative semakin sering muncul ya. Salah satunya seperti yang dikemukakan dalam buku ini nih:

“dengan media social kita mengalami banjir informasi yang belum tentu benar. Ini bisa menambah kekhawatiran”

Nah, bener gak nih? Jika ia, mari kita belajar dari buku ini. Buku ini akan mengajak kita bagaimana menerapkan filosofi teras atau yang juga dikenal dengan filosofi stoa untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari.  Dalam filosofi stoa secara sederhana bahagia itu ketika tidak ada gangguan. Gangguan macam apa? Apapun itu, segala macam emosi negative bisa dikategorikan sebagai gangguan. Bahkan sekedar notifikasi tak henti di grup Wa juga bisa dikategorikan gangguan.

Seperti definisinya, dalam filosofi stoa kita tidak akan diajak untuk memperoleh kebahagian dalam pengertian umum seperti sukses, punya rumah, karir bagus, dll. Tapi kita akan diajarkan bagaiman kita bisa mengendalikan emosi negative kita. Kok gitu? karena dalam filosofi ini tidak ada emosi negative sama dengan bahagia.

Bicara bahagia dalam Filosofi stoa, maka tidak akan terlepas dari istilah Dikotomi kendali.

“somethings are up to us, something are not up to us”

-Epictetus (Enchiridion)

Kamu setuju kan dengan kalimat itu? Tapi sudah tahu belum makna yang sebenarnya? Ini sangat erat kaitannya dengan kebahagiaan kita. Aku sendiri setelah memahami kalimat itu, setuju dengan maksud yang disampaikan. Dalam hidup ada hal yang dibawah kendali kita dan ada hal yang tidak dibawah kendali kita.

Kekayaan masuk yang mana menurutmu? Dibawah kendali kita? Oh ternyata tidak. Stoisisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa datang dari ‘’things we can control”, hal-hal dibawah kendali kita. Kebahagiaan hanya bisa datang dari dalam. Apa saja? Pertimbangan, opini dan persepsi kita, keinginan kita, tujuan kita dan segala sesuatu yang memang pikiran dan tindakan kita. Makanya tidak rasional jika kita menggantungkan kebahagiaan pada hal yang tidak bisa kita kendalikan seperti kekayaan, perlakuan orang lain, opini orang lain, status, dll. Jika tidak setuju coba nalarnya dipake lebih jauh karena rasionalitas juga salah satu kunci dari filosofi stoa.

Jika nalar kita belum sampe dapet toleransi nih, maka ditawari konsep lain yakni Trikotomi kendali.  Ada hal lain yang SEBAGIAN dibawah kendali kita, artinya kita bisa mengusahakan segala sesuatu yang bisa kita kerjakan tapi outcome akhirnya diluar kendali kita. Seperti bisnis dan karir contohnya.

Hal-hal diluar kendali kita sebenanya adalah hal yang indifferent atau tidak memiliki pengaruh. Tapi sebagai manusia kadang masih terlena dengan hal-hal diluar kendali kan ya. Makanya ada preferred indifferent (hal-hal yang gak ngaruh tapi kalau ada ya bagus) missal kekayaan, kecantikan dan popularitas. Ada juga unpreferred indifferent (hal-hal yang gak ngaruh tapi kalau gak ada lebih baik) missal penyakit dan kemiskinan.

Itu tadi konsep dasar bahagia yang coba diterapkan Om Piring (sapaan penulis) dalam kehidupan sehari-hari.

Gimana masih merasa cemas?. Wait mungkin kita belum kenal ini:

“it is not things that trouble us, but our judgment about things”

-Epictetus (Enchiridion)

Iya benar, sumber kekhawatiran ada di dalam pikiran kita, bukan peristiwanya. Maka dari itu kita punya kekuatan untuk mengubah persepsi kita.

“pada dasarnya semua emosi dipicu oleh penilaian, opini, persepsi kita. Keduanya saling terkait, dan jika ada emosi negative, sumbernya ya nalar/rasio kita sendiri”.

Jadi masalahnya adalah pada interpretasi kita, rasional atau tidak. Untuk mengatasinyanya kita diberikan solusi yakni STARS.

Stop (berhenti), begitu kita merasakan emosi negative

Think & Assess (dipikirkan dan dinilai), pikirkan secara rasional dan nilai apakah pikiran saya ini terjadi karena sesuatu yang didalam atau diluar kendali kita. Missal ketemu teman lama, mereka spontan teriak “eh gila lo gemuk amat sekarang” interpretasi negatif yang muncul pertama adalah “orang ini menghina gue” padahal setelah kita pikirkan dan nilai mungkin orang ini tidak tahu etika menyapa yang benar jadi ini hal diluar kendali kita.

Respond setelah kita bisa berfikir dan menilai secara rasional barulah kita menentuka respon kita. Tentunya respon yang sebaik-baiknya, baik tindakan maupun perkataan.

Masih khawatir juga? Ah agaknya kamu perlu tahu

“85% of what we worry never happens”

Gak kejadian kan?. Iya kita aja yang lebay membiarkan pikiran kita kesana-kemari.

Jadi, coba ingat lagi bahwa pikiran kita ada dibawah kendali kita. Jika kita masih sering khawatir atau over thinking coba alihkan menjadi premeditation malorum yakni memikirkan kemungkinan buruk yang akan terjadi dalam hidup kita, bukan untuk membuat khawatir tapi untuk mengenali peristiwa diluar kendali kita dan kemudian memilih bersikap rasional. Supaya apa? Supaya kita siap jika benar-benar terjadi dan tidak terlalu terkejut.

Mau yang lebih ekstrim, maka latihanlah menderita.

“jika kamu ingin seseorang tak goyah saat krisis menghantam, maka latihlah ia sebelum krisis itu datang”

-Saneca (Letters)

Saneca menganjurkan kita untuk berlatih apes atau latihan menjadi miskin secara rutin. Dengan cara apapun, missal makan makanan yang sangat sederhana. Tujuannya apa? Menjadi renungan, apakah menjadi miskin sungguh semenakutkan itu? Karena ternyata kita masih bisa hidup dengan makanan yang sederhana. Rasa percaya diri juga akan meningkat karena diri bisa menjalani musibah dengan kuat. Selain itu ini juga bisa melawan fenomena hedonic adaptation, apapun yang membuat kita senang pada akhirnya akan kehilangan kenikmatan seiring berjalannya waktu.

 ***

Itu tadi sekilasi isi buku filosofi teras yang aku kulik, selengkapnya bisa kalian baca sendiri ya…

Jadi secara keseleluruhan buku ini bagus menurutku, penggunaan kalimatnya mudah dipahami bahkan disisipkan banyolan-banyolan khas anak-anak muda di masa sekarang. Jangan takut dulu karena judulnya filosofi, kita gak akan kuliah filsafat 4 sks kok he he.

Buku ini cocok banget buat kamu yang lagi nyari bacaan untuk kesehatan mental atau sekedar ingin mengenali diri. Tidak terbatas bagi siapapun itu, bisa banget baca buku ini. Yang lagi galau, suka marah-marah, sedang bingung, baperan, ingin jadi lebih baik bisalah jadiin buku ini sebagai salah satu bacaanmu.  Sesuai dengan pertanyaan di halaman cover belakang buku, isi buku ini banyak memberi jawaban atas pertanyaan tentang kegelisahaan hidup.

Jadi yuk baca..

Kutipan penutup nih…

“selamat menjalani hidup! Dengan keberanian, kebijaksanaan, menahan diri dan keadilan”

 

Tuesday, 1 September 2020

TENTANG YANG LAGI VIRAL


Beberapa waktu lalu, dunia maya sedang dihebohkan dengan kabar pernikahan sepasang public figure muda yang melangsungkan pernikahan melalui proses taaruf.

Sebenarnya tak ada yang aneh dengan proses tersebut, namun karena proses tersebut belum lazim digunakan masyarakat biasa apalagi generasi muda dan public figure maka ramailah pemberitaan tersebut.

Dalam unggahan salah satunya, secara singkat dijelaskan bagaimana proses mereka hingga memutuskan untuk menikah. Banyak reaksi berdatangan, termasuk dariku. Aku pribadi kagum sama setiap pasangan yang mengambil jalan taaruf sebagai langkah memulai hubungan, terlepas dari seperti apa masa lalu mereka. Setidaknya mereka memilih melakukan hal yang baik setelahnya. Iya aku masih sebatas percaya jika proses itu baik, namum masih ada juga pertanyaan-pertanyaan kecil apakah iya bisa? Apakah gak apa-apa kedepannya? Kok bisa ya yakin dalam waktu sesingkat itu?. Ya pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Mungkin imanku masih terlalu cetek untuk memahami itu semua.

Meskipun beberapa orang disekitarku menjalani proses yang sama tak lantas membuatku benar-benar yakin dengan hal itu.

Adalagi yang lagi berita pasangan muda yang juga melangsungkan pernikahan melalui proses taaruf. Tapi bedanya banyak beredar kabar tidak baik tentang keduanya. Tapi semoga tidak terjadi apa-apa.

Yang jadi pertanyaan adalah apakah taaruf menjamin kelanggengan hidup rumah tangga?

Menurut salah seorang pakar “tidak, bahkan tidak sedikit yang rumah tangganya gagal walaupun melalui proses taaruf”. Kok bisa, katanya itu proses yang baik?.

Menurut kajian yang aku ikuti beberapa waktu lalu, ada kesalahan yang dilakukan dalam taaruf yakni taaruf yang terburu-buru apalagi dengan orang yang benar-benar baru dikenal. Taaruf sendiri  adalah proses, metode atau fase perkenalan sebelum fase khitbah dan pernikahan dalam jangka waktu tertentu yg disepakati dan ditemani oleh perantara. Ingatnya, ini bukan sebuah ikatan dan ada jangka waktu yang jelas. Iya ada waktunya, jadi gak ada yang namanya digantung dalam proses taaruf. Katanya seperti itu.

Mengenai taaruf yang buru-buru maksudnya disini mereka tidak memaksimalkan ikhtiar. Artinya jangan menggunakan jangka waktu yang terlalu singkat, apalagi dengan orang yang baru dikenal. Maksimalkan waktu yang ada untuk saling mengenal dan menanyakan apapun yang akan jadi visi misi pernikahan kedua calon pasangan. Pastikan bahwa benar-benar cocok dan sesuai kriteria. Kalo ternyata gak cocok? Gak lanjut gpp. Namanya juga proses, gagal didalamnya adalah hal wajar.

Proses yang baik akan lebih baik jika dijalankan dengan benar. Jadi taaruf saja belum tentu baik, harus dilakukan dengan tatacara yang baik pula. Jangan sampai taaruf sebagai tameng atau embel-embel untuk menjalin hubungan yang mengarah pacaran.

Mengenai yang lagi viral itu, jangan terlalu diagungkan juga jangan terlalu diremehkan. Ambil pelajaran dari sisi positifnya, buang yang dirasa tidak bermanfaat. Aku yakin kita sudah bisa membedakan.

Ada yang berpendapat “menikah jangan cuma ingin pamer keuwuan di social media”. Iya disadari atau tidak banyak generasi muda yang memilih menikah muda terlepas dari apapun alasannya seringkali dipandang hanya ingin memamerkan keuwuan di media social. Padahal tidak semua seperti itu. Menyegerakan ibadah jika sudah mampu adalah sesuatu yang baik. Ditunda-tunda padahal sudah mampu juga tidak baik, nanti malah jadi omongan Bu Tedjo lagi, Ups.

Aku sendiri maklum jika pasangan pengantin baru memposting hal yang membahagiakan, ya karena mereka sedang merasakannya. Tapi ya jangan terlalu diumbar, kasihanilah nasib kaum jomblo seperti aku ini. He he.

Bahagia sewajarnya berproses setelahnya. Agaknya perlu diingat terus jika berumah tangga adalah ibadah terpanjang dalam hidup. Perlu banyak ilmu didalamnya, banyak kedewasaan, banyak tanggungjawab, banyak mengalah, dan banyak-banyak yang lain. Pernikahan adalah awal memulai semuanya. Memulai yang baik dan indah harapannya akan membawa kebaikan dan keindahan seterusnya.


Gimaman? Setelah yang lagi viral itu sudah ada yang chat “tipe suami/istri idamanmu seperti apa?” belum?. Eits maaf jangan dijadikan bahan candaan. Nanti udah baper eh ternyata ujung2nya “tapi boong”. Jangan begitu ya. He he.

Selamat berproses, siapapun kamu dan proses apapun itu.

Friday, 21 August 2020

BECAUSE THIS IS MY FIRST LIFE


Teringat kutipan sederhana dalam buku NKCTHI yang juga jadi salah satu favoritku “­selalu ada yang pertamakali dalam banyak hal”. Benar memang, termasuk hidup. Kamu setuju gak?

Because this is my first life.

Eitss… bukan drama korea ya, meskipun drama dengan judul tersebut bagus banget dan sedikit banyak nyadarin kita kalo ya memang ini kehidupan pertama kita. (nonton deh…).

My first life, pada dasarnya gak ada manusia yang hidup untuk kedua kali, kecuali merasakan moment tertentu yang membuat bangkit (dari kegagalan) lalu memulai hidup baru dengan lebih baik. Tapi pada hakikatnya sebagian besar manusia ya memang hidup untuk pertama kali. Maka karenanya sangat tidak realistis jika manusia dituntut untuk selalu berhasil dalam banyak hal.

Seperti layaknya melakukan sesuatu, rasa gugup, takut, cemas, dan khawatir saat melakukan sesuatu untuk pertamakali akan datang mengampiri, maka dalam menjalani hidup rasa itu tak akan pernah terlepas dari manusia. Hidup untuk pertamakali mengharuskan manusia belajar banyak hal, maka jangan tuntut manusia untuk mahir dalam sekali coba.

Manusia adalah subyek yang sepanjang hidupnya akan dan harus terus belajar. Bukankah wajar melakukan kesalahan dalam belajar?. Bukankah wajar, gagal dalam ujian yang datang setelah kita belajar?. Jangan terlalu tinggi berekspektasi terhadap diri, sebab diri belum semahir itu dalam hidup.

Sepanjang proses belajar tempaan dan gesekan akan menjadi bagian dari perjalanan hidup. Nikmati saja karena itu yang akan membentuk manusia. Jadi baik atau jadi buruk tergantung seberapa mahir diri dalam menghadapi keduanya.

Jangan takut mencoba, because this is my first life. Kita gak akan pernah tahu rasanya jika jika tidak mencoba. Terlepas enak atau tidak rasa yang kita terima.

Jangan takut salah, because this is my first life. Benar akan datang setelah kita belajar dari kesalahan.

Jangan takut berubah, because this is my first life. Jika tidak sekarang kapan lagi kita akan memperbaiki hidup.

Jangan lupa bahagia, because this is my first life dan ya tentu this will be my last life. Bahagialah, bahagialah dan bahagialah. Apapun cara dan metodenya.


Because this is my first life, jangan terlalu memaksa diri jadi sempurna, apalagi jadi seperti mereka.

Because this is my first life, kita hanya perlu menyadari hidup itu hidup kalo kita mau tetap berjalan.

Dan because this is my first life, bisa jadi penenang saat harapan tak juga kunjung datang menghampiri.

“oh gak papa gagal, ini hidup pertamaku, aku belum pernah melakukan sebelumnya”.

“oh gak papa tak sesuai rencana, ini hidup pertamaku, pengalaman bahkan belum aku dapatkan”.

“ini hidup pertamaku, tak apa melangkah dengan ragu diawal, tak apa takut diawal, asalkan aku terus belajar”.

Dan banyak gak papa lainnya, Because this is my first life.

Jangan terlalu membebani diri dengan tuntutan begini begitu, apalagi tuntutan society.

 

Saturday, 11 July 2020

KELUH KESAH BANYAK ORANG



Seorang ibu mengeluhkan sulitnya mengajar anak-anak mereka selama masa SFH.
Seorang siswa mengeluhkan tentang banyaknya tugas yang diberikan selama masa SFH.
Seorang pekerja lepas mengeluhkan turunnya pendapatan selama masa pandemic.
Seorang pekerja kantoran mengeluhkan tentang keharusan tetap ke kantor ditengah bahaya pandemic.
Seorang mahasiswa mengeluhkan sulitnya menyelesaikan kewajiban dengan system yang serba daring.
Seorang lagi mengeluhkan tentang mimpi yang harus tertunda, bahkan terancam gagal.
Dan seorang lainnya mengeluhkan tentang ini dan itu,
Tentang situasi saat ini.

Iya, kamu tidak sendirian. Keluhanmu juga dikeluhkan banyak orang.
Yang terjadi padamu juga terjadi pada banyak orang.

Dalam hidup ada hal yang bisa dan tidak bisa kita kendalikan.
Situasi ini? Kondisi ini? Tentu tidak bisa kita kendalikan.
Bukan, bukan salah kita karena tidak bisa mengendalikan.
Sudah selayaknya seperti itu.

Diri kita.
Sepenuhnya bisa kita kendalikan.
Mulai dari pikiran sampai tindakan.

Tentang langkah yang harus tiba-tiba terhenti, bisa kita nikmati dengan mengambil jeda.
Sekedar mengingat pada perjuangan yang lalu, kemudian menjadikan pemicu untuk kembali bergerak maju.
Tentu tidak semua harus sekarang.
Nanti, perlahan kita menyesuaikan dengan hal yang tidak bisa kita kendalikan.

Untukmu dan segala keluh kesahmu.
Tak perlu saling bertikai.
Mari berdamai.
Kita bersama melewati satu lagi bagian hidup.

















Thursday, 18 June 2020

SISI LAIN ANAK BUNGSU



Siapa anak bungsu disini? Mari tos sama-sama he he…

Iya anak bungsu atau disebut juga ragil atau anak terakhir merupakan anak termuda yang terlahir dari sebuah keluarga. Jika kamu gak punya adik lagi maka kamulah anak bungsu. Aku yakin kamu sudah paham sih he…

Jadi anak bungsu itu…… kata kebanyakan orang enak, manja, serba tercukupi dan banyak hal lainnya.

Apa iya?
Apa iya anak bungsu gak punya beban?
Apa iya anak bungsu bisanya cuma senang-senang?
Well, jadi anak bungsu memang selalu tergambar enak (gak salah juga sih), tapi anak bungsu juga punya sisi lain yang jarang orang tahu.

Mari dikupas (kayak jeruk aja)

Bicara enaknya dulu ya…

Anak bungsu punya kakak yang selalu siap sedia membantu, apalagi kalau kakak-kakaknya sudah dewasa. Urusan apapun pasti siap. Mau ini bisa, perlu ini tinggal bilang (apalagi kalau kakaknya super duper baik). Nikmat mana lagi yang kau dustakan.

Orang tua akan selalu belain anak bungsu jika terjadi apa-apa. Pikirnya “anak bungsu itu anak kecil”.

Waktu kecil, anak bungsu akan jadi anak yang paling diperhatikan. Memang benar kebutuhan anak bungsu tercukupi baik itu dari orang tua dan dari kakak-kakaknya. orang tua beliin ini kakak beliin atau kasih yang itu. serba cukup istilahnya. Tapi pernahkan ada yang berfikir kalau itu boomerang?

(Wah masuk ke sisi negatifnya nih…)

Iya boomerang, si bungsu yang terbiasa serba tercukupi dan serba ada akan merasa kaget setelah hal itu tak lagi ia dapatkan. Kok bisa? Ya karena terbiasa disediakan, si bungsu akan kebingungan jika waktunya dia harus mulai mencari dan mencukupi segala keperluannya sendiri (a.k.a udah gede). Bungsu lebih butuh dibimbing sih daripada “kondisi serba ada”. Jika tak dibimbing sejak dini kondisi ini akan menyulitkan saat ia dewasa.

Selalu dianggap anak kecil.

Iya, sedewasa apapun usiamu jika kamu anak bungsu ya kamu tetap saja anak kecil (terutama dimata orang tuamu). Diminta jangan ikut campur urusan orang dewasa lah, gak bisa ungkapin pendapat lah dan hal2 lain yang gak bisa dilakukan sama anak kecil. Misal dalam keluargamu ada permasalahan, posisi anak bungsu akan menjadi sulit untuk mengungkapkan pendapatnya padahal si bungsu sudah dewasa dan sudah tahu mana yang benar dan yang salah. Semua bisa dianggap salah. Alhasil banyak bungsu yang memilih diam.

Tanggungjawab si bungsu gak kalah besar dari si sulung loh…

Jika si sulung harus menjaga adik-adiknya maka si bungsu (secara eksplisit) harus menjaga orang tua. Ketika si sulung dan kakak yang lain pergi dari rumah dan tinggal si bungsu, maka orang tua menjadi yang terdekat dengannya. Akan menjadi tugas dan tanggung jawab si bungsu yang menjaga orang tua. Memang sudah kewajiban semua anak untuk menjaga dan merawat orang tua mereka, tapi banyak kondisi yang mengharuskan si bungsulah yang merawat orang tua, termasuk budaya masyarakat kita.

Ini juga posisi yang sulit bagi bungsu, kadang ada hal2 yang memang gak bisa bungsu ceritain ke saudara yang lain terkait kondisi rumah. Akan selalu ada pikiran “ah kakak2ku pasti lagi sibuk”. “ah masalah mereka sudah banyak, masak mau ditambah lagi”, “ok, baiknya mereka gak perlu tahu”. Dengan pikiran-pikiran itu si bungsu jadi mudah menyimpan hal-hal yang mungkin juga berat untuk bungsu simpan sendiri. Tapi sekali lagi bungsu memilih untuk melakukannya.

Si bungsu bisa jadi kurang kasih sayang.

Hal ini kasuistik sih, untuk bungsu yang terlahir dengan rentang usia cukup jauh dengan orang tuanya.

Bukan bermaksud apa-apa, mungkin si sulung dan kakak tengah merasakan kasih sayang dan perhatian lebih dari orang tua yang masih diusia muda waktu dulu. Tapi bagaimana dengan bungsu? beberapa bungsu memiliki rentang usia yang cukup jauh dengan orang tua mereka. Banyak bungsu yang memasuki usia 20an tapi orang tua mereka sudah masuk usia lanjut. Ini membuat si bungsu gak bisa merasakan apa yang dulu kakak-kakak mereka rasakan. Gak bisa curhat ini itu, gak bisa main dan bercanda-canda, dsb. Tak jarang si bungsu gak deket dengan orang tua mereka karena memang usia yang menghalangi.

Mungkin saat diusia sekolah belum terlalu kerasa atau terlihat. Tapi saat dewasa, saat usia sudah mulai bertambah, saat jaman bungsu dan orang tua semakin berbeda, saat pemikiran tak lagi sejalan, hal itu akan membuat si bungsu merasa mereka tak bisa sedekat kakak mereka dengan orang tua di usia yang sama waktu itu. Terlebih lagi soal moment bersejarah dalam hidup bungsu, banyak bungsu yang gak bisa bersama orang tau mereka dimoment berharga missal menikah, melahirkan atau bahkan sekedar lulusan sekolah. Iya, banyak bungsu yang harus ditinggal orang tua di usia yang masih muda.

Jadi tempat menaruh ekspektasi tinggi orang tua

Entah memang sifatnya atau gimana banyak orang tua yang suka membandingkan melihat anak lain. Termasuk kakak, atau anak dari orang lain. Jika kakak si bungsu sukses maka si bungsu dituntut lebih atau minimal sama dengan kakak. Jika kakak si bungsu gagal maka bungsu lebih dituntut untuk berhasil. Pun dengan anak orang lain, si bungsu seakan ditekan untuk jadi seunggul mereka. Tidak hanya tentang si bungsu, Kadang orang tua juga selalu berharap lebih untuk pendamping si bungsu. “harus seperti mantunya si A, “harus lebih dari pasangan kakakmu”, “harus begini begitu dll”. Memang gak diucapin langsung, tapi terkadang omongan mereka menggiring ke arah situ.

Seringkali perasaannya diabaikan

Terkadang orang tua lebih banyak focus ke kakak yang sedang dalam proses sesuatu atau menuju sesuatu. Benar atau salah yang dilakukakn si kakak orang tau akan selalu mendukung. Mungkin maksudnya untuk tidak menyakiti hati sang kakak, tapi mereka lupa jika itu bisa saja menyakiti si bungsu, apalagi jika bungsu sudah bisa membedakan mana yang benar dan yang salah.

Bahkan kadang bungsu lupa disebut saat orang tua sedang membanggakan anaknya ke orang-orang wkkkk, maklum anak yang tertinggal, nyempil dan gak keliatan he he.

Well, terlepas dari semua hal ini menjadi bungsu adalah anugrah yang patut disyukuri.

Udah tahu lagu bungsunya Kunto Aji?

Nyanyi bareng yok….

cukupkanlah ikatanmu, relakanlah yang tak seharusnya untukkmu”
“sebelum kau menjaga, merawat, melindungi segala yang berarti yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri”.

Peluk online untuk bungsu di luar sana.

Sunday, 31 May 2020

TAHUN KE 25


Selamat ulang tahun ya… maaf belum ada yang special di seperempat abadmu.
Jika mengingat kata maaf, mungkin kata itu yang akan paling banyak aku ucapkan.

Maaf karena belum bisa menyelesaikan tanggung jawab.
Maaf untuk sikap yang belum sedewasa angka di tahun ini.
Maaf untuk perilaku yang seringkali menyulitkanmu.
Maaf belum bisa menjadi seperti yang kamu inginkan.
Maaf jika masih banyak hal yang tak sesuai keinginanmu.
Maaf belum bisa menjadi kebanggaan bahkan untuk dirimu sendiri.
Maaf untuk tetesan air mata yang masih sering membasahi pipimu.

Dan

Maaf…
Maaf untuk beribu maaf lainnya.

25 tahun bukan perjalanan yang sebentar.
25 tahun bukan perjalanan yang mudah.

Tapi kamu jangan lupa bersyukur, 25 tahun adalah nikmat yang luar biasa.
Untuk itu terimakasih ya….

Terimakasih sudah bertahan sampai sejauh ini.
Terimakasih telah berjuang.
Terimakasih untuk tetap berkata “it’s Ok” saat aku sedang jatuh.
Terimakasih untuk setiap keputusan yang kau buat untukku.
Terimakasih untuk jerih payahmu 25 tahun yang lalu.
Terimakasih untuk perjuanganmu dimasa lalu.
Terimakasih masih percaya padaku.
Terimakasih untuk tak memaksaku menjadi seperti yang lain.

Terimakasih….
Terimakasih tetap menemaniku.

Perjalanan masih panjang, seperempat abadmu belum seberapa
Semoga akan menjadi setengah abad bahkan satu abad.
Semoga..

Jika boleh aku berpesan,
Teruslah tumbuh, tak peduli berapa banyak sakit yang kau rasa.
Teruslah berjuang, tak peduli berapa kali kau pernah jatuh.
Teruslah menjadi baik, tak peduli betapa mudahnya menjadi buruk.
Teruslah bersyukur, tak peduli sedikit atau banyak nikmat yang kau dapat.
Teruslah hidup, tak peduli berapa kali kau pernah sekarat.

Untukmu…
Intan Husna Ningrum
Selamat Ulang Tahun.
Semoga bahagia selalu menyertai.
terus berlari, yang kau takutkan tak kan terjadi”

Sunday, 19 April 2020

Menjadi Introvert

Apa sih definisi introvert menurutmu?

Ternyata ada beberapa kategori introvert loh..
https://www.instagram.com/p/B-mIu1NFYnA/?igshid=5fsbq71fz0k7
Kamu tipe yg mana?

Apapun itu tentu kamu yg paling paham tentang dirimu.

Tapi pernah ngerasa gak sih kalo menjadi introvert itu kadang dianggap sebagai sesuatu yg salah?

Mungkin hal itu yg membuat beberapa introvert  pernah ingin menjadi ekstrovert.
Padahal menjadi introvert itu gak salah kok.

Jika kamu introvert,
Salah satu yg kamu mungkin pernah rasakan atau pertanyakan adalah "kok temenku gak banyak ya?"
"kok aku gak bisa cepet bergaul sama orang baru ya?"
Dan kemudian ingin mencoba merubahnya?

Kalau iya apa hasilnya?

Capek? Iyakan?

Kepribadian orang memang beda-beda kok. Ada tipe yang suka bergaul dan banyak teman, ada juga yang sebaliknya. Gak ada yang salah, semuanya tergantung dirimu.

Aku salah satu tipe introvert yang gak banyak gaul dan gak banyak temen, tapi bukan karena cemas Ya. Gak tahu kenapa "aku nyaman ketika gak banyak orang yang mengenalku dan aku gak kenal banyak orang". Hidup bisa lebih bebas aja gitu. Bebas kesana kemari, bebas melakukan apapun dan bebas begini begitu sendiri dan tanpa harus banyak menjaga hati orang.

Hah maksudnya?
Ya nyaman aja gitu ngelakuin hal-hal tanpa banyak yang tanya ini itu dan memperhatikan begini begitu.
Memang tipe yang individual banget sih, tapi bisa disebut mandiri juga. Melakukan banyak hal sendiri bukan karena gak ada yang mau di ajak bareng-bareng, tapi memang nyaman melakukannya sendiri.

Pernah mencoba mau berubah gak?
Tentu pernah.
Tapi ya gitu emang gak bisa atau sulit diubah. Yang ada capek sendiri karena maksa ngelakuin sesuatu yang gak nyaman. Dan benar, energi mental introvert akan terkuras jika ia banyak melakukan interaksi sosial selayaknya orang ekstrovert. Dan untuk memulihkannnya introvert butuh menyendiri.

Itulah sebenarnya introvert: orang yang berorientasi ke ‘dalam’ diri mereka sendiri (inward thinking).

Terus akhirnya ya sudah menerima diri apa adanya. “Aku tipe yang begini dan gak bisa seperti itu ya terima saja”. Gak perlu memaksakan jadi mereka dan memaksa mereka jadi kita.

Ini yang namanya keberagaman, bukankah katanya dunia lebih indah dengan keberagaman?

Jadi mari jadi diri sendiri apapun kepribadian kita. Sayangi diri sendiri dan jangan lupa hormati orang lain, apapun kepribadian mereka.

Wednesday, 8 April 2020

MISTERI PEREMPUAN



Ini mungkin tulisan pertamaku selama masa pandemic ini. Sudah hampir 3 minggu #dirumhaja tapi aku belum menghasilkan karya apapun. Sedih rasanya.

Tapi akhirnya inspirasi datang juga. Iya memang inspirasi tidak datang begitu saja, harus dicari dan dijemput.

Salah satunya saat ini. Masa-masa #dirumahaja nyatanya membuatku jadi suka nonton drama korea, hal yang dulu jarang atau bahkan gak pernah aku lakukan.

Hi, bye Mama, drama yang berhasil membuatku banyak berfikir sebagai seorang perempuan. Aku tidak akan mereview dramanya tapi jika ditanya recommended gak?, pasti aku jawab iya.

Di drama ini aku berfikir jika kehidupan perempuan gak hanya yang aku fikirkan dan aku lihat dikehidupan “normal” saat ini. Dimana perempuan muda menikah, punya anak dan hidup bahagia. Ternyata banyak kemungkinan yang akan dialami perempuan di masa depan. Dan sedikit banyak aku lihat di drama ini.

Aku bertanya-tanya. Posisi yang mana yang kelak akan aku tempati?
Perempuan yang hidupnya baik-baik saja dan hidup bahagia, perempuan yang jadi ibu sambung bagi sebuah keluarga, perempuan yang kehilangan anak, perempuan yang harus meninggalkan anaknya atau bahkan perempuan yang akan jadi istri kedua? Ahhh, ternyata banyak sekali misteri bagi perempuan.

Menikah dan hidup bahagia memang menjadi dambaan bagi semua perempuan, punya suami dan anak-anak yang menggemaskan dan bisa bersama mereka membangun keluarga yang bahagia. Namun harus disadari ada banyak kemungkinan lain. Aku mencoba memahami bagaimana jika hal lain yang akan terjadi. Misalnya, kita diharuskan memperbaiki rumah yang sudah ada sebelumnya, iya menjadi istri sekaligus ibu sambung dari keluarga kecil yang dulu pernah ada. Pernahkah terbayangkan olehmu?. Jika kelak itu tidak terjadi pada kita semoga bisa menumbuhkan empati kepada perempuan lain yang mengalaminya.

Lalu bagaimana jika kita harus meninggalkan anak dan keluarga kecil kita? Tentunya kita berharap hal itu tidak terjadi, tapi kemungkinan selalu ada bukan?. Apa yang akan terjadi di masa depan adalah misteri. Mungkin kita pernah melihat kasus ini di kehidupan sekitar kita. Pertanyaannya, sanggupkah suami dan anak kita hidup tanpa kita? Relakah kita jika kelak posisi kita digantikan orang lain?. Ahhh semoga ini juga bisa menjadi renungan bahwasannya jika bukan kita yang ditinggalkan, kita yang akan meninggalkan.

Didrama ini aku juga tersadarkan dengan dialog “jika suami yang ditinggalkan istri disebut duda, istri yang ditinggalkan suami disebut janda, dan anak-anak yang ditinggalkan orang tua disebut yatim piatu, lalu apa sebutan bagi orang tua yang ditinggalkan anaknya?, jawabannya tidak ada.” Jahat bukan. Aku sediri pernah melihat bagaimana hancurnya hati orang tua yang ditinggal pergi anaknya terlebih dahulu. Pernah membayangkan? Hati perempuan dan ibu yang pasti paling hancur. Coba belajar melapangkan bahwa semua yang ada didunia ini adalah titipan termasuk anak-anak kita.

Banyak sekali misteri lain bagi perempuan, tak jarang posisi perempuan sering disalahkan di masyarakat kita. Termasuk yang satu ini. Ya, menjadi istri kedua. Entah kenapa hal ini juga mengusik pikiranku (walaupun tidak ada dalam drama ini).

Mungkin terlalu banyak perempuan yang memposisikan dirinya ingin menjadi istri pertama dan satu satunya. Tapi kita tidak pernah tahu atau tidak pernah mau tahu kenapa seorang perempuan mau menjadi istri kedua. Aku sendiri yakin pasti ada alasan kuat yang mendasarinya. Sadar atau tidak hal ini juga menjadi hal yang mungkin dialami perempuan. Lalu bagaimana sikap kita? Kamu pernah berpikir atau sekedar bertanya bagaimana jika aku yang ada di posisi itu?. Bukan,,, bukan bermaksud “segitu putus asanya hingga berpikir menjadi istri kedua” tapi hanya untuk membuka wawasan saja. Lalu bagaiman juga perasaan istri pertama yang harus merelakan suaminya menikah lagi?.

Well, sekali lagi ini hanya untuk membuka pikiran kita ya, bukan bermaksud apa-apa. Semoga wawasan kita menjadi bertambah.

Dan benar saja semakin banyak wawasan kita, semakin banyak pertanyaan yang akan timbul di otak kita. Mengambil keputusan menjadi hal kompleks yang harus difikir berulang-ulang.

Tak apa, toh itu semua demi keputusan yang semoga tak kita sesali kedepannya.

Masih banyak misteri perempuan yang belum aku sebutkan, tapi setidaknya beberapa hal itu yang saat ini memenuhi pikiranku. Aku tidak ingin membuatmu takut dan khawatir tentang masa depan perempuan, hanya saja aku ingin berbagi sisi lain dari kehidupan ideal perempuan dimasyarakat saat ini.

Selain itu semoga ini juga bisa menjadi perenungan bagi perempuan, karena sadar atau tidak justru perempuanlah yang paling banyak menyakiti hati perempuan lain. Kenapa? Karena minimnya empati di diri perempuan. Mari saling menjaga sesama perempuan dengan saling memahami satu sama lain.

Semoga kita menjadi perempuan yang seutuhnya perempuan.


Sunday, 1 March 2020

Hidup Memang Gak Selamanya Baik-Baik Saja Kok. Lagu-Lagu Ini Pas Banget Buat Self Healing!



Masalah dan dinamika kehidupan pasti sering kita alami, tak jarang hal tersebut membuat kita stress. Ups jangan sepelekan stress ya, jika berlarut-larut ini akan berbahaya bagi kesehatan mental kita. Masalah kesehatan mental memang menjadi hal yang belum banyak diperhatikan tapi sudah mulai diangkat akhir-akhir ini. Banyak campaign yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan kesehatan mental dan juga berpartisipasi untuk membantu orang-orang yang sedang mengalami masalah kesehatan mental.

Lagu menjadi salah satu diantaranya. Mendengarkan lagu menjadi hal yang banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia sehingga lagu bisa dijadikan sarana untuk mengantisipasi masalah kesehatan mental. Lagu-lagu berikut ini mungkin bisa membantu kalian untuk sejenak mengistirahatkan diri dan menumbuhkan kembali semangat yang sedang redup.

Yuk langsung saja lihat playlistnya:

1.       Rehat by Kunto Aji

Lagu Kunto Aji yang ini merupakan lagu di album mantra-mantra yang memang secara khusus ditujukan untuk healing. Lirik yang dalam, music yang pas ditambah MV yang menyentuh pasti ampuh banget buat healing.

Salah satu lirik yang membekas dari lagu ini yaitu:

“dengarkan hati, semua ini bukan salahmu”.

Potongan lirik ini mungkin akan pas dengan berbagai situasi yang sedang kalian alami dan mendengarnya seakan menjadi obat penenang. Patut dicoba!

2.       Bungsu by Kunto Aji

Masih dari lagu Kunto Aji di album yang sama, lagu bungsu merupakan versi lain dari lagu berjudul sulung. Keduanya bagus tapi dilagu bungsu lirik lagunya ada sedikit tambahan.

Dan lirik yang membekas adalah:

“sebelum kau menjaga, merawat, melindung segala yang berarti, yang sebaiknya kau jaga adalah dirimu sendiri”

Lagi-lagi lirik ini begitu menyentuh hati, iya dalam hidup memang kita terlalu sering memikirkan orang lain padahal yang sebaiknya kita jaga ya kita sendiri. Berhenti sakitin diri sendiri ya…

3.       Catatan kecil by Adera

Lagu ini musiknya lebih semangat dibandingkan dua lagu diatas. Adera ternyata gak hanya nyiptain lagu bertema cinta aja loh, selain hits terpopulernya “lebih indah” lagu catatan kecil juga patut kalian dengarkan. Pagi-pagi sebelum beraktifitas agaknya cocok banget diawali dengan mendengarkan lagu ini. Liriknya penuh semangat, begini kiranya:

“bila dunia membuatmu kecewa, karena semua cita-citamu tertunda. Percayalah segalanya telah diatur semesta agar kita mendapatkan yang terindah”.

Jadi, gak usah terlalu khawatir soal hidup ya.

4.       Mahakarya by Tulus

Tulus memang jagonya menuangkan perasaan dalam lirik-lirik lagu yang puitis banget. Segala macam hal sepertinya ada di lagu-lagu Tulus, salah satunya tentang nasihat hidup berikut ini:

“Ibu pernah berkata, jangan bergantung pada peruntungan, senang dan tidak senang hidupmu tergantung kerja kerasmu”

Dari lagu ini kita bisa belajar tentang bagaimana hidup itu perlu usaha, usaha yang menggunakan hati lebih tepatnya.

5.       Satu hari di bulan Juni by Tulus

Masih dari lagu Tulus, lagu ini pas banget buat kalian yang suka membandingkan hidup kalian dengan orang lain, contohnya gini nih:

“kita tak perlu terlalu banyak uang, kita bahagia meski tak kemana-mana. Kamu cantik meski tanpa bedak”

Ah… agaknya jadi diri sendiri digambarkan dengan indah dilagu ini. Jadi gak perlu jadi orang lain lagi ya..

6.       Aku tenang by Fourtwenty

Lagu ini cocok banget nemenin sore kamu setelah seharian berkutat dengan aktivitas yang melelahkan. Tenang dan menenangkan. Mungkin gak banyak yang familiar dengan lagu ini, tapi lagu ini patut didengarkan. Liriknya bisa membuat kalian tenang,

“denganmu tenang, tak berfikir dunia ini, karenamu tenang, semua khayal seakan kenyataan.
….Mimpiku sempurna tak seperti orang biasa”

Lagu ini memang bisa diinterpretasikan bermacam-macam. Salah satunya seperti "ya udah lupain aja soal tuntutan ideal dari dunia. Focus aja sama apa yang kamu mimpikan tanpa melihat mimpi dari kebanyakan orang". Alunan musiknya enak banget pokoknya.

7.     Sementar by Float

lagu yang pas banget diputar saat mulai lelah. lagu ini seperti bentuk penghargaan bagi diri sendiri. Kita bakal diingatkan sama perjuangan yang telah kita tempuh. Liriknya kira-kira gini:

sementara teduhlah hatiku, tidak lagi jauh, belum saatnya kau jatuh. Sementara, ingat lagi mimpi, juga janji-janji jangan kau ingkari lagi.

 “percayalah hati lebih dari ini pernah kita lalui, tak kan lagi kita meski jauh melangkah, nikmatilah lara untuk sementara”

Lirik ini mengisyaratkan kalau dulu kita pernah ada di masa yang lebih sulit dan kita berhasil melaluinya, dan sekarang langkah kita tinggal sedikit lagi. Jadi ayo bangkit!, belum waktnya kamu menyerah. Lebih kerasa kalo dengerin sendiri deh.

Nah itu tadi beberapa rekomendasi lagu healing dari aku.  Mungkin dari beberapa lagu tersebut ada yang tidak secara khusus untuk tujuan healing, tapi dengan mendengarkan liriknya yang penuh makna agaknya gak perlu ragu menjadikannya sarana untuk self healing kita. Coba tambah ke playlist lagu kamu, rasakan bagaimana lagu bisa berpengaruh bagi jiwamu.

Salam..