Ini mungkin tulisan pertamaku
selama masa pandemic ini. Sudah hampir 3 minggu #dirumhaja tapi aku belum
menghasilkan karya apapun. Sedih rasanya.
Tapi akhirnya inspirasi datang juga.
Iya memang inspirasi tidak datang begitu saja, harus dicari dan dijemput.
Salah satunya saat ini. Masa-masa
#dirumahaja nyatanya membuatku jadi suka nonton drama korea, hal yang dulu jarang
atau bahkan gak pernah aku lakukan.
Hi, bye Mama, drama yang berhasil
membuatku banyak berfikir sebagai seorang perempuan. Aku tidak akan mereview
dramanya tapi jika ditanya recommended
gak?, pasti aku jawab iya.
Di drama ini aku berfikir jika
kehidupan perempuan gak hanya yang aku fikirkan dan aku lihat dikehidupan “normal”
saat ini. Dimana perempuan muda menikah, punya anak dan hidup bahagia. Ternyata
banyak kemungkinan yang akan dialami perempuan di masa depan. Dan sedikit
banyak aku lihat di drama ini.
Aku bertanya-tanya. Posisi yang
mana yang kelak akan aku tempati?
Perempuan yang hidupnya baik-baik
saja dan hidup bahagia, perempuan yang jadi ibu sambung bagi sebuah keluarga,
perempuan yang kehilangan anak, perempuan yang harus meninggalkan anaknya atau
bahkan perempuan yang akan jadi istri kedua? Ahhh, ternyata banyak sekali
misteri bagi perempuan.
Menikah dan hidup bahagia memang
menjadi dambaan bagi semua perempuan, punya suami dan anak-anak yang
menggemaskan dan bisa bersama mereka membangun keluarga yang bahagia. Namun harus
disadari ada banyak kemungkinan lain. Aku mencoba memahami bagaimana jika hal
lain yang akan terjadi. Misalnya, kita diharuskan memperbaiki rumah yang sudah
ada sebelumnya, iya menjadi istri sekaligus ibu sambung dari keluarga kecil
yang dulu pernah ada. Pernahkah terbayangkan olehmu?. Jika kelak itu tidak
terjadi pada kita semoga bisa menumbuhkan empati kepada perempuan lain yang
mengalaminya.
Lalu bagaimana jika kita harus
meninggalkan anak dan keluarga kecil kita? Tentunya kita berharap hal itu tidak
terjadi, tapi kemungkinan selalu ada bukan?. Apa yang akan terjadi di masa
depan adalah misteri. Mungkin kita pernah melihat kasus ini di kehidupan sekitar
kita. Pertanyaannya, sanggupkah suami dan anak kita hidup tanpa kita? Relakah kita
jika kelak posisi kita digantikan orang lain?. Ahhh semoga ini juga bisa
menjadi renungan bahwasannya jika bukan kita yang ditinggalkan, kita yang akan
meninggalkan.
Didrama ini aku juga tersadarkan dengan
dialog “jika suami yang ditinggalkan istri
disebut duda, istri yang ditinggalkan suami disebut janda, dan anak-anak yang
ditinggalkan orang tua disebut yatim piatu, lalu apa sebutan bagi orang tua
yang ditinggalkan anaknya?, jawabannya tidak ada.” Jahat bukan. Aku sediri
pernah melihat bagaimana hancurnya hati orang tua yang ditinggal pergi anaknya
terlebih dahulu. Pernah membayangkan? Hati perempuan dan ibu yang pasti paling
hancur. Coba belajar melapangkan bahwa semua yang ada didunia ini adalah
titipan termasuk anak-anak kita.
Banyak sekali misteri lain bagi
perempuan, tak jarang posisi perempuan sering disalahkan di masyarakat kita. Termasuk
yang satu ini. Ya, menjadi istri kedua. Entah kenapa hal ini juga mengusik
pikiranku (walaupun tidak ada dalam drama ini).
Mungkin terlalu banyak perempuan
yang memposisikan dirinya ingin menjadi istri pertama dan satu satunya. Tapi kita tidak pernah
tahu atau tidak pernah mau tahu kenapa seorang perempuan mau menjadi istri
kedua. Aku sendiri yakin pasti ada alasan kuat yang mendasarinya. Sadar atau
tidak hal ini juga menjadi hal yang mungkin dialami perempuan. Lalu bagaimana
sikap kita? Kamu pernah berpikir atau sekedar bertanya bagaimana jika aku yang
ada di posisi itu?. Bukan,,, bukan bermaksud “segitu putus asanya hingga berpikir menjadi istri kedua” tapi
hanya untuk membuka wawasan saja. Lalu bagaiman juga perasaan istri pertama
yang harus merelakan suaminya menikah lagi?.
Well, sekali lagi ini hanya untuk
membuka pikiran kita ya, bukan bermaksud apa-apa. Semoga wawasan kita menjadi
bertambah.
Dan benar saja semakin banyak
wawasan kita, semakin banyak pertanyaan yang akan timbul di otak kita. Mengambil
keputusan menjadi hal kompleks yang harus difikir berulang-ulang.
Tak apa, toh itu semua demi
keputusan yang semoga tak kita sesali kedepannya.
Masih banyak misteri perempuan
yang belum aku sebutkan, tapi setidaknya beberapa hal itu yang saat ini
memenuhi pikiranku. Aku tidak ingin membuatmu takut dan khawatir tentang masa
depan perempuan, hanya saja aku ingin berbagi sisi lain dari kehidupan ideal perempuan dimasyarakat saat ini.
Selain itu semoga ini juga bisa
menjadi perenungan bagi perempuan, karena sadar atau tidak justru perempuanlah yang paling banyak menyakiti
hati perempuan lain. Kenapa? Karena minimnya empati di diri perempuan. Mari
saling menjaga sesama perempuan dengan saling memahami satu sama lain.
Semoga kita menjadi perempuan
yang seutuhnya perempuan.
No comments:
Post a Comment