Saturday, 2 November 2019
Formalitas Cita-cita
Waktu TK seorang guruku bertanya "apa cita-citamu?"
Aku jawab polwan. Temanku yang lain menjawab tentara, polisi, guru, dokter bahkan astronot. Iya, cita-cita mainstream waktu itu.
Masuk SD pertanyaan itu kembali terulang.
"apa cita-cita kalian dimasa depan?"
Jawabanku berubah
"saya ingin jadi Dokter". Pun dengan jawaban teman-temanku yang lain.
Di bangku SMP ternyata aku masih mendapat pertanyaan yang sama, dan jawaban ku berubah lagi.
"Jadi guru bu".
Begitupun temanku yang lain.
Setelah SMA jawaban kami semakin abstrak. "ingin jadi orang sukses" kata kami.
Entahlah apakah pertanyaan ini masih ada di sekolah-sekolah jaman sekarang.
Yang jelas jawaban-jawaban kami menandakan betapa abu-abunya cita-cita bagi kami waktu itu. Selain itu kami gak tahu apa lagi jenis profesi selain yang biasa kami lihat, dengar dan ucapkan. Apalagi kami hanya anak-anak yang tinggal di desa yang bahkan gak tahu apa yang terjadi di dunia luar. Kami gak tahu apa saja yang bisa kami lakukan setelah dewasa, jalan apa saja yang bisa kami ambil dan kesempatan apa yang akan kami dapatkan.
Dan setelah mendengar jawaban kami, respon guru biasanya hanya "bagus" "wah bagus sekali" "wah hebat, beri tepuk tangan".
Sebenarnya bukan itu yang kami butuhkan. Kami butuh informasi dan pengetahuan lebih. "Jika ingin jadi ini maka harus melakukan ini, ini loh caranya, ini contohnya, mulai sekarang kamu harus begini biar bisa begitu, kamu bisa loh jadi sosok seperti ini".
Kami gak mendapatkan itu semua, bahkan juga dari orang tua kami. Satu-satunya sumber informasi waktu itu ya dari guru dan sekolah.
Dampaknya apa?
Cita-cita hanya soal profesi dan keinginan yang tertulis di buku pelajaran, tanpa pernah menjadi profesi yang tertulis di identitas.
Hanya segelintir dari kami yang bisa meraihnya.
Semua sudah terlajur, sekarang mau apa?
Aku gak akan membiarkan hal ini terulang pada anakku. Melihat diriku yang sekarang rasanya menyesal kenapa dulu aku gak dapet apa-apa yang seharusnya bisa membantu jalan hidupku. Terutama akses informasi dan kesempatan. Setelah dewasa aku baru tahu ternyata bisa loh jadi ini, ternyata profesi ini ada loh, ternyata begini loh cara-caranya kalau mau jadi ini, ternyata seharusnya dulu aku melakukan ini, kenapa aku gak tahu ini? Dan banyak hal lain yang baru aku tahu sekarang.
Aku memiliki keinginan jika kelak punya anak aku akan mengenalkan sebanyak mungkin profesi dan keahlian yang bisa mereka lakukan saat kelak mereka dewasa. Tentunya yang gak hanya bermanfaat bagi diri tapi juga banyak orang.
Tidak hanya jenisnya saja, tapi juga langkah apa yang harus ditempuh, bagaimana caranya bisa menjadi sosok seperti itu, siapa sosok2 hebat dari berbagai latar belakang, apa saja yang harus dilakukan dan diperlukan untuk mencapainya dan masih banyak hal lainnya.
Harapannya jika mereka banyak tahu, mereka akan bisa memilih mana yang mereka inginkan dan cita-citakan. Selain itu harapannya mereka punya motivasi lebih untuk mewujudkannya.
Maka selanjutnya tugasku sebagai orang tua adalah mengarahkan dan memfasilitasi mereka untuk mencapai apa yang mereka inginkan.
Bukan apa-apa, aku cuma ingin anak-anakku tahu apa yang harus mereka lakukan ketika dewasa. Aku ingin memastikan mereka mencapai apa yang mereka sebut cita-cita dan agar bisa membuktikan bahwa konsep cita-cita benar adanya.
Aku juga berharap semoga kurikulum pendidikan di era anakku semakin baik dan tidak hanya sebagai proses menunda bekerja atau menunda menikah.
***
Aku menuliskan ini untuk anakku kelak. Aku takut lupa jika nanti sudah jadi orangtua aku gak bisa memberikan apa yg seharusnya mereka dapatkan, salahsatunya akses sebanyak mungkin informasi dan pengetahuan dari orang tuanya.
Ahh jadi mikir betapa beratnya jadi orang tua.
Selamat berproses.
Tuesday, 29 October 2019
Pengalaman Dua Kali Gagal CPNS!!
What? Gagal?
Gagal kok di ceritain?
Gak papa, kata orang kegagalan adalah guru terbaik. Tapi menurutku
kegagalan ya berarti kita belum berhasil he he (kalo udah berhasil nanti bikin cerita
yg berhasil, Aamiin).
Walaupun begitu semoga kegagalan gak hanya jadi kenangan ya,
tapi juga pembelajaran. Baiklah mari kita belajar dari kegagalan. Gak perlu
terpuruk dan putus asa, kegagalan juga bagian hidup kok.
Sudah siap untuk seleksi Cpns tahun ini? Jika belum, mari
kita siapkan. Jika belum pernah ikut, cari tahu sebanyak mungkin info. Jika
sudah pernah ikut, jadikan pengalaman sebelumnya sebagai pembelajaran, seperti
kali ini. Mari kita belajar.
Okey aku bakalan mulai cerita.
Aku sudah dua kali ikut tes seleksi CPNS, tahun 2017 dan
2018 dan semuanya gagal he he.
Tahun 2017 aku cuma sampai di tahap SKD (seleksi kompetensi
dasar), sementara 2018 ada kemajuan sedikit sampai SKB (seleksi kompetensi
bidang). Jadi tahapannya kurang lebih ada seleksi adm, SKD, SKB dan pemberkasan
bagi yang lulus.
Alasan ikut seleksi:
Sebenarnya gak ada keinginan yang gimana2 buat ikut seleksi
ini, atau gampangnya ikut karena ada kesempatan (masih muda, masih sempet,
syarat memenuhi, ada bukaan seleksi, pendaftaran gratis) ya udah as simple as that.
Selain itu, ini juga buat ajang nantang diri sendiri sih,
bisa gak nih tembus sesuatu yang seleksinya aja ada jutaan orang, kira2
kemampuanku sampai mana ya? Dan ketika sudah melalui jadi tahu ternyata
kemampuanku baru segini atau sudah di level ini.
(Btw ini seleksi nasional kedua yang aku ikuti setelah
SBMPTN dan menurutku lebih susah ini)
Cerita sedikit dari
awal.
Tahun 2017 aku daftar di Kementerian Pertanian dengan
formasi jabatan Analis Pasar Hasil Pertanian Ahli Pertama (belom ada bayangan
ini tugasnya ngapain😂).
Singkat cerita, adm lulus dan lanjut SKD. Aku ngambil tes SKD
di Jogjakarta, selain dekat, transportasi umum memadai juga bisa sekalian main
he he.
Jujur aku gak punya persiapan khusus. Belajar juga
alakadarnya (niatnya belum 100%). Mungkin aku agak beda dengan peserta2 lain
yang sampe beli buku soal2 CPNS yang tebel2 itu, ikut bimbel atau les2, belajarnya
rajin dsb. Yang jika menelisik hal itu aku jadi gak heran kenapa aku hak lanjut
SKB. Ya karna masih banyak yang perjuangannya lebih "gila" dari pada
aku. Mereka lebih berhak. Kalo gak salah waktu itu aku memenuhi skor minimal
lolos, tapi menurut rangking aku masih belum masuk peringkat 3 besar, jadi gak
bisa lanjut SKB (so sad).
Pembelajaran pertama
Di pengalaman pertama ini aku lumayan banyak belajar sih,
terutama tentang perjuangan mereka2 untuk ikut seleksi ini. Melihat mereka ada
yang sudah lumayan berumur, sedang hamil, sosok ayah, sosok ibu, peserta yang
dari luar kota dan banyak jenis peserta lain membuat aku merasa kalo
perjuanganku belum seberapa, perjalananku masih panjang dan "belum saatnya
kau jatuh" weh jadi lirik lagu he he.
Next…
Tahun 2018 aku ikutan lagi. Masih di kementerian yang sama. Di
tahun ini lebih banyak kementerian/lembaga instansi daerah yang membuka
lowongan dan kenapa aku ambil di kementrian pusat karena ada alasan khususnya
sih. Tapi selain itu gak banyak pemprov dan pemkot yang membuka formasi untuk
latar belakang pendidikanku, jadilah pilih di pusat aja walaupun tahu resikonya
ditempatkan ditempat yang jauh.
Aku ambil formasi jabatan Analis Data dan Informasi. Ambil
ini karena menyesuaikan jurusan/prodi aja sih. Kenapa ini penting? Kesesuaian
ini mungkin hal yang sepele, tapi banyak yang gugur di tahap akhir karena
prodi/jurusan gak sesuai formasi yang dibutuhkan. Misal di formasi dibutuhkan
jurusan Biologi, sedangkan kamu dari pendidikan Biologi jika kamu memaksa
daftar mungkin seleksi adm bisa jadi lolos, tapi jika nanti penyaringan peserta
lebih sedikit kesalahan ini akan bisa terbaca. Sayang gak sih udah berjuang
sampai akhir tapi gugur karena kita yang kurang teliti
Jadi perhatikan pemilihan formasi.
Persiapan kedua
Sama seperti tahun 2017 aku belum ada persiapan khusus
(belum belajar dari pengalaman). Niat ikut baru 50% karena memang masih kuliah
juga. Bayangannya jika nanti lolos bakal ngelepas kuliah dan harus bayar penalti
biaya beasiswa. Wah berat juga sih he he. Jadi ya gitu, ikut seleksi cuma buat
nambah pengalaman sekaligus tes kemampuan lagi (jadi tim hore ceritanya, biar CPNSnya
makin rame wkkk).
Persiapan belajar masih alakadarnya bahkan bisa dibilang zero preparation karena sibuk tugas
kuliah. Tapi entah kenapa soal2 SKD 2018 menurutku lebih mudah dari tahun 2017.
Oh iya, aku tes di Yogyakarta lagi tapi kali ini beda tempat.
Di akhir sesi tes, biasanya skor akan muncul di layar computer kita.
Tapi entah kenapa skorku gak muncul, jadi aku gak tau persis berapa skor yang
aku dapat. Ini yang bikin khawatir juga, masalah komputer. Takut ditengah sesi
ngerjain soal komputer atau jaringan eror dsb. Aku sendiri ngalamin di sesi
ini, dimana aku butuh minimal 3kali klik untuk bisa mengirim jawaban setiap
soal dan ini sangat memakan waktu. Mungkin karena masalah ini juga skorku gak
muncul. Tapi setelah lihat daftar nilai di layar besar di depan ternyata skorku
memenuhi batas minimal.
Hasil kedua
Jadi sebenernya aku gak terlalu berharap lebih, yang penting
target skor minimal terpenuhi. Pikirnya waktu itu "rugi banget nih gue kalo udah dibela2in nyuri2 waktu kuliah,
jauh2 ke Yogja tapi gak hasil, skor minimal harus dapet nih" maka dari
itu pas ngerjain soal kayak punya semangat yang lebih menggebu gitu.
Ternyata hasilnya lumayan mengejutkan, aku lolos SKD dengan
peringkat 2 dari 3 orang yang lolos. Yang terfikir waktu itu sih andai aku
belajar bener pasti bisa lebih nih hasilnya. Tapi dengan hasil itupun aku udah
bersyukur banget, setidaknya ada kemajuan dari tahun 2017.
SKB
Beberapa bulan kemudian lanjut tes SKB. Jujur aku bingung
banget di tahap ini. Gambaran soal gak ada sama sekali, cuma tahu kalo soalnya
sesuai dengan formasi yang diambil. Coba cari gak nemu juga. Akhirnya berangkat
dengan kepasrahan, penuh apapun soalnya bakal tak jawab (nekat).
Bisa dibilang kondisi dan posisiku pas SKB ini agak gimana
gitu. Pertama gak seperti SKD yang pergi tesnya bareng2 teman, ya karna dr
beberapa temanku hanya sedikit yang lanjut di tahap ini dan jadwalnyapun beda2.
Jadilah berangkat sendiri (hiks hiks), kayak gak ada yang nyemangatin gitu
(lebay). Kedua, jadwal tesku mepet banget dengan kegiatan kuliah. Inget banget
waktu itu jam 5 pagi baru sampe Solo dari kegiatan di Bandung dan jam 7 udah harus
berangkat ke Yogja buat tes. Masih ngantuk, otak juga belum sepenuhnya bisa
diajak kerja sama. Ditambah lagi posisi dudukku pas tes yang aku anggap juga
cukup berpengaruh. Gak beruntungnya aku, aku duduk persis di bawah AC dan itu
dingin banget. Udah ngantuk plus kedinginan (hufff).
Dan benar saja, soalnya aku gak paham sama sekali. Ya soalnya seputar teknik informasi,
pemrograman dan komputer. What?
Sementara aku backgroundnya
agribisnis dan pertanian. Semenjak itu baru sadar, wah aku salah ambil posisi
nih. Meskipun di Kementerian Pertanian, agaknya formasi ini lebih cocok diisi
anak TI.
Ya sudah mengerjakan sebisanya, dan hasilnya gak sesuai target
minimalku. Kecewa? Pasti. Mungkin ini sebabnya anak2 yang dari jurusan dengan
lingkup yang luas (biasanya masuk formasi tenaga teknis) lebih susah lolos
dibanding anak2 yang dari jurusan spesifik (tenaga guru dan Kesehatan).
Pembelajarannya sih, pilih formasi yang memang agak
nyrempet2 background bidang kita.
Jangan hanya lihat instansi dan kementeriannya aja yang sesuai. Memang gak
banyak sih pilihannya, jika kepepetnya cuma ada formasi yang gak sesuai maka
persiapin belajar materi-materi yang sesuai formasi. Kira2 aja formasi ini
belajarnya ini dst.
Gagal di SKB itu nyesek rasanya, padahal tinggal ngalahin
dua orang aja dan setahap lagi sampe. Tapi ya gimana jika belum rejekinya.
Pembelajaran kedua
Belajar, belajar dan belajar. Apapun itu!
Kira-kira itu pengalaman yang bisa aku bagi. Semoga yang mau
ikutan seleksi jalannya dimudahkan dan bisa lolos sampai tahap akhir. Bagi yang
pernah gagal juga, tetap semangat mungkin jalan kita gak disini tapi kalo mau
coba lagi harus lebih well prepare.
Semangat semuanya..
Sunday, 20 October 2019
Ngobrol sama Teman (lama)? Hindari Kata-kata Ini!
Hallo...
Sebagai makhluk sosial, manusia pasti berinteraksi dengan yang lain ya. Nah salah satu caranya biasanya dengan basa-basi.
Yaps basa-basi yang sering dianggap basi dan mengganggu nyatanya masih sering dilakukan. Apakah kamu termasuk salah satunya?
Sebenarnya gak ada yang salah dengan basa-basi, hanya saja harus sesuai porsi. Sebagai interaksi verbal, kata menjadi senjata dalam basa-basi. Agar tidak menyinggung orang lain sebaiknya kita hindari kata-kata berikut ini.
1. "kamu gendutan ya?"
"kamu kurusan ya?"
Kata-kata ini agaknya paling sering kita dilakukan tapi kita gak sadar jika ini termasuk body shamming dan mungkin akan menyinggung orang lain. Coba kurangin kata-kata ini dan ganti dengan
"hai, tambah sehat kamu ya" atau
"wah tambah cantik/ganteng"
Siapa sih yang gak seneng dibilang cantik/ganteng? Kuncinya jangan berlebihan dan seakan menyiratkan kalo dulu dia jelek ya. Memuji sewajarnya saja.
2. "enak ya kamu..."
Yups ini kata sederhana tapi seakan meremehkan. Hah kok bisa?.
Misal: "enak ya kamu udah punya rumah sendiri". Kata ini seakan menyiratkan bahwa dia dapetin itu kayak gampang gitu, padahal mungkin ada perjuangan sampai jungkir balik buat punya rumah sendiri. Atau mungkin satu sisi dia sudah punya rumah tapi di sisi lain ada sesuatu yg ditunggu tapi belum mereka dapatkan. Istri/suami/anak mungkin.
Jadi jangan ucapin ini, cukup kasih selamat atas pencapaian yang sudah dicapai.
3. "kapan nikah?"
Whattt?? Ya ini juga sering banget!!!
Memang gak semua orang tersinggung dengan pertanyaan ini, tapi lebih baik dihindari lah. Semua orang pengen nikah kok tunggu aja undangannya. Ganti aja dengan ucapan doa atau minimal gini
"ditunggu kabar baiknya ya". Memang kabar baik gak hanya tentang pernikahan, tapi jika teman lama ngasih kabar baik apalagi kalau bukan undangan pernikahan.
4. "Kapan wisuda?"
"kapan punya anak?"
"kerja dimana?"
Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sekiranya sensitif dan belum mereka dapatkan. Ini sama seperti pertanyaan "kapan nikah" sih, tapi ini lebih spesifik dan lebih subyektif. Kita kenal orang-orang tersebut dan kita tahu mereka belum akan menghadapi itu tapi kita tegaskan dengan bertanya secara langsung.
Kita gak tahu bagaimana perjuangan atau kesulitan mereka kenapa belum ada di titik itu jadi lebih baik jangan tanyakan. Kecuali mereka sendiri yang bercerita dan memulai pembicaraan tentang topik tersebut, termasuk kesulitan yang mereka alami. Jika seperti itu kita cukup mendengarkan tanpa menghakimi "kamu begini sih", "kamu begitu sih". Dengarkan saja, jika mereka minta saran barulah kita bicara dengan hati-hati.
5. "kenapa kamu nggak..."
Sebenarnya ini juga pertanyaan biasa, tapi harus disesuaikan dengan konteks apa yang kita bicarakan. Dari kalimat ini bisa menimbulkan kesan bahwa pilihan mereka salah/gak baik/keliru/gak seharusnya dilakukan.
Misalnya ada teman yang memilih jadi ibu rumah tangga padahal dia sarjana. Kemudian ada pertanyaan "kenapa kamu nggak kerja aja, sayang loh ijasahnya".
Pertanyaan ini mengandung judgement bahwa "gak seharusnya dia hanya jadi ibu dirumah".
Sebaiknya kalau memang mau tahu alasannya, perhalus kalimatnya atau ngobrol biasa aja tapi membuat dia terpancing dan mau cerita sendiri.
Baiklah itu tadi beberapa kata yang sebaiknya dihindari saat basa basi. Mungkin masih banyak lagi tapi kita gak sadar. Jadi lebih baik diskusi saja jangan basa-basi. He he..
Friday, 18 October 2019
Perempuan dan Stereotipe
Menjadi perempuan agaknya menjadi hal yang cukup rumit. Banyak stereotipe tentang perempuan yang berkembang di masyarakat yang tidak jarang menimbulkan ketidaknyamanan. Stereotipe sendiri adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan (wikipedia).
Nah berikut beberapa stereotipe yang sering dialamatkan pada perempuan.
[satu]
Penjaga warteg cewek cantik, viral!
Tukang ojek cewek cantik, viral!
Tukang ikan cewek cantik, viral!
Pertanyaannya adalah
Apakah penjaga warteg gak boleh cantik atau cewek cantik gak boleh jaga warteg?
Apakah tukang ojek gak boleh cantik atau cewek cantik gak boleh jadi tukang ojek?
Apakah tukang ikan gak boleh cantik atau cewek cantik gak boleh jual ikan?
Ahh, agak miris lihatnya. Stereotipe perempuan cantik di Indonesia seakan digambarkan sebagai sosok public figure, model, ataupun selebgram. "Cantik-cantik kok jual ikan" begitu pikir mereka. Mungkin dipikiran mereka wajah cantik bisa loh jadi ini dan itu, kenapa gak jadi ini dan itu saja?. Tapi tahukah mereka jika mungkin jalan, tuntutan atau kenyamanan yg membuat mereka ada di posisi itu?
Setiap perempuan terlahir "cantik" dan setiap perempuan memiliki hak untuk berkarya, bekerja dan berkarir. Apapun pilihan mereka jangan bereaksi berlebihan dan jangan hakimi mereka.
[dua]
Perempuan gak usah sekolah tinggi-tinggi nanti juga jadi ibu rumah tangga.
Perempuan gak usah sekolah tinggi-tinggi nanti gak ada yang berani nglamar.
Perempuan gak usah sekolah tinggi-tinggi gak kasihan apa sama orang tua.
Ahhh, bingung juga. Katanya perempuan harus setara dengan laki-laki, ini upaya perempuan untuk kearah situ loh!. Setiap tahun hari Kartini diperingati, apa iya perjuangannya cuma untuk dikenang tanpa diteruskan?. Sudah selayaknya terutama sesama perempuan mendukung bukan malah menjatuhkan.
Sekolah bukan semata-mata untuk mengejar karir kok. Dengan sekolah wawasan perempuan akan bertambah, pola fikir lebih terbuka, mandiri, kreatif, visioner dsb. Itu gak hanya buat ngebangun karir tapi juga buat ngebangun kehidupan termasuk rumah tangga.
Memang tidak bisa dipungkiri kodrat perempuan sebagai istri dan ibu, tapi untuk jadi istri dan ibu yg sukses apa datang dengan sendirinya?
Jawabannya tidak. Setiap perempuan dituntut untuk terus belajar (formal dan informal) untuk bisa sukses dan menyukseskan kehidupannya.
Masalah jodoh, apa sih yang perlu dikhawatirkan?. Semua sudah diatur. Gak perlu kompromi dan berdebat soal ini!.
[tiga]
Perempuan sudah 25-30 tahun kok belum nikah?
Kenapa belum nikah nanti jadi perawan tua loh?
Ini termasuk pikiran-pikiran yang belum terbuka dan masih menjadikan kehidupan jaman dulu sebagai patokan.
Well, tahu gak sih saat ini di Indonesia itu terjadi bonus demografi?. Penduduk usia produktif lebih banyak dari non produktif. Bukan produktif secara reproduksi ya, tapi usia dimana seseorang bisa menghasilkan karya. Yups karya aja dulu, Indonesia butuh kita (perempuan) guys. Katanya mau ngentasin kemiskinan, katanya banyak pengangguran, katanya banyak kasus kurang gizi, katanya butuh keadilan, apa iya dipikiranmu cuma nikah, nikah dan nikah!
Apa urusannya dengan usia nikah?
Balik lagi konsep awal soal jodoh "jodoh itu sudah diatur termasuk kapan datangnya", jika memang diusia itu jodoh belum datang ya memang perempuan masih diminta berkarya bukan malah meratapi nasib. Sayang gak sih di usia produktif itu kita cuma meratapi jodoh?
Mungkin dengan berkarya bisa membantu membuat lapangan kerja, membantu mengurangi kemiskinan, gizi buruk atau minimal berkontribusi buat keluarga dulu. Yang mungkin juga itu gak bisa perempuan lakukan jika sudah menikah.
Bungkam stereotipe itu dengan sisi positif yang kita punya. Mungkin kita belum menikah diusia itu, tapi kita sudah begini, begitu dst.
[empat]
Perempuan bercerai itu buruk!
Janda itu perempuan genit!
Percaya deh, gak ada yg mau bercerai, jadi janda ataupun jadi single parent. Banyak perempuan yang disalahkan akan kondisi itu padahal mereka gak tahu apa yang dialami. Mungkin perempuan-perempuan itu sudah berupaya untuk mencegah hal ini terjadi tapi akhirnya harus terjadi. Kondisi mereka hanya mereka sendiri yang tahu, jadi stop menghakimi.
Ada kutipan menarik seperti ini "terkadang melepaskan itu keputusan yang lebih sulit daripada bertahan". Iya mereka kesulitan dan masih harus mengambil keputusan sulit. Jangan tambahi dengan hujatan-hujatan yang gak seharusnya diberikan.
[lima]
Perempuan baik-baik itu yang pakaiannya seperti ini, rambutnya seperti ini, cara ngomongnya seperti ini!
Perempuan itu harus bisa dandan!
Penampilan memang penting, tapi tidak selalu benar jika penampilan menggambarkan hati seseorang, terutama perempuan. Mungkin ada perempuan yang berpakain tertentu karena tuntutan pekerjaan, dll. Kita harus mengindari judgment sepihak hanya berdasarkan penampilan.
Perempuan cantik gak harus bermakeup tabal kok, makeup biasa saja sudah cukup. Cantik gak selalu identik dengan makeup. Sebaliknya, gak ada yang salah juga dengan perempuan yang bermakeup.
Akan selalu ada alasan dibalik sebuah keputusan. Akan selalu ada pertentangan dalam dalam setiap tidakan. Bukan tugas kita untuk menghakimi.
Ah, sebagai perempuan agaknya harus lebih kuat! dan untuk jadi kuat kita butuh perempuan lain. Jika sesama perempuan saling menjatuhkan lalu kepada siapa kita harus mencari dan menciptakan kekuatan?
Ada lagi stereotipe tentang perempuan yang kamu rasakan?
Yuk sharing:-)
Nah berikut beberapa stereotipe yang sering dialamatkan pada perempuan.
[satu]
Penjaga warteg cewek cantik, viral!
Tukang ojek cewek cantik, viral!
Tukang ikan cewek cantik, viral!
Pertanyaannya adalah
Apakah penjaga warteg gak boleh cantik atau cewek cantik gak boleh jaga warteg?
Apakah tukang ojek gak boleh cantik atau cewek cantik gak boleh jadi tukang ojek?
Apakah tukang ikan gak boleh cantik atau cewek cantik gak boleh jual ikan?
Ahh, agak miris lihatnya. Stereotipe perempuan cantik di Indonesia seakan digambarkan sebagai sosok public figure, model, ataupun selebgram. "Cantik-cantik kok jual ikan" begitu pikir mereka. Mungkin dipikiran mereka wajah cantik bisa loh jadi ini dan itu, kenapa gak jadi ini dan itu saja?. Tapi tahukah mereka jika mungkin jalan, tuntutan atau kenyamanan yg membuat mereka ada di posisi itu?
Setiap perempuan terlahir "cantik" dan setiap perempuan memiliki hak untuk berkarya, bekerja dan berkarir. Apapun pilihan mereka jangan bereaksi berlebihan dan jangan hakimi mereka.
[dua]
Perempuan gak usah sekolah tinggi-tinggi nanti juga jadi ibu rumah tangga.
Perempuan gak usah sekolah tinggi-tinggi nanti gak ada yang berani nglamar.
Perempuan gak usah sekolah tinggi-tinggi gak kasihan apa sama orang tua.
Ahhh, bingung juga. Katanya perempuan harus setara dengan laki-laki, ini upaya perempuan untuk kearah situ loh!. Setiap tahun hari Kartini diperingati, apa iya perjuangannya cuma untuk dikenang tanpa diteruskan?. Sudah selayaknya terutama sesama perempuan mendukung bukan malah menjatuhkan.
Sekolah bukan semata-mata untuk mengejar karir kok. Dengan sekolah wawasan perempuan akan bertambah, pola fikir lebih terbuka, mandiri, kreatif, visioner dsb. Itu gak hanya buat ngebangun karir tapi juga buat ngebangun kehidupan termasuk rumah tangga.
Memang tidak bisa dipungkiri kodrat perempuan sebagai istri dan ibu, tapi untuk jadi istri dan ibu yg sukses apa datang dengan sendirinya?
Jawabannya tidak. Setiap perempuan dituntut untuk terus belajar (formal dan informal) untuk bisa sukses dan menyukseskan kehidupannya.
Masalah jodoh, apa sih yang perlu dikhawatirkan?. Semua sudah diatur. Gak perlu kompromi dan berdebat soal ini!.
[tiga]
Perempuan sudah 25-30 tahun kok belum nikah?
Kenapa belum nikah nanti jadi perawan tua loh?
Ini termasuk pikiran-pikiran yang belum terbuka dan masih menjadikan kehidupan jaman dulu sebagai patokan.
Well, tahu gak sih saat ini di Indonesia itu terjadi bonus demografi?. Penduduk usia produktif lebih banyak dari non produktif. Bukan produktif secara reproduksi ya, tapi usia dimana seseorang bisa menghasilkan karya. Yups karya aja dulu, Indonesia butuh kita (perempuan) guys. Katanya mau ngentasin kemiskinan, katanya banyak pengangguran, katanya banyak kasus kurang gizi, katanya butuh keadilan, apa iya dipikiranmu cuma nikah, nikah dan nikah!
Apa urusannya dengan usia nikah?
Balik lagi konsep awal soal jodoh "jodoh itu sudah diatur termasuk kapan datangnya", jika memang diusia itu jodoh belum datang ya memang perempuan masih diminta berkarya bukan malah meratapi nasib. Sayang gak sih di usia produktif itu kita cuma meratapi jodoh?
Mungkin dengan berkarya bisa membantu membuat lapangan kerja, membantu mengurangi kemiskinan, gizi buruk atau minimal berkontribusi buat keluarga dulu. Yang mungkin juga itu gak bisa perempuan lakukan jika sudah menikah.
Bungkam stereotipe itu dengan sisi positif yang kita punya. Mungkin kita belum menikah diusia itu, tapi kita sudah begini, begitu dst.
[empat]
Perempuan bercerai itu buruk!
Janda itu perempuan genit!
Percaya deh, gak ada yg mau bercerai, jadi janda ataupun jadi single parent. Banyak perempuan yang disalahkan akan kondisi itu padahal mereka gak tahu apa yang dialami. Mungkin perempuan-perempuan itu sudah berupaya untuk mencegah hal ini terjadi tapi akhirnya harus terjadi. Kondisi mereka hanya mereka sendiri yang tahu, jadi stop menghakimi.
Ada kutipan menarik seperti ini "terkadang melepaskan itu keputusan yang lebih sulit daripada bertahan". Iya mereka kesulitan dan masih harus mengambil keputusan sulit. Jangan tambahi dengan hujatan-hujatan yang gak seharusnya diberikan.
[lima]
Perempuan baik-baik itu yang pakaiannya seperti ini, rambutnya seperti ini, cara ngomongnya seperti ini!
Perempuan itu harus bisa dandan!
Penampilan memang penting, tapi tidak selalu benar jika penampilan menggambarkan hati seseorang, terutama perempuan. Mungkin ada perempuan yang berpakain tertentu karena tuntutan pekerjaan, dll. Kita harus mengindari judgment sepihak hanya berdasarkan penampilan.
Perempuan cantik gak harus bermakeup tabal kok, makeup biasa saja sudah cukup. Cantik gak selalu identik dengan makeup. Sebaliknya, gak ada yang salah juga dengan perempuan yang bermakeup.
Akan selalu ada alasan dibalik sebuah keputusan. Akan selalu ada pertentangan dalam dalam setiap tidakan. Bukan tugas kita untuk menghakimi.
Ah, sebagai perempuan agaknya harus lebih kuat! dan untuk jadi kuat kita butuh perempuan lain. Jika sesama perempuan saling menjatuhkan lalu kepada siapa kita harus mencari dan menciptakan kekuatan?
Ada lagi stereotipe tentang perempuan yang kamu rasakan?
Yuk sharing:-)
Wednesday, 16 October 2019
Pesan Terbaik Buku NKCTHI untuk Hadapi Ketakutanmu
Buku Nanti Kita Cerita tentang
Hari ini atau bisa disingkat NKCTHI adalah buku karya Marcella FP, berisi
pesan-pesan yang dikemas dalam quotes dan ilustrasi yang menarik. Tak perlu
penjelasan yang panjang lebar, pesan yang ingin disampaikan pasti langsung
ditangkap bagi pembacanya.
![]() |
| sejutatintan.blogspot.com |
Menurutku buku ini adalah buku
yang tidak untuk dibaca sampai habis kemudian selesai, buku ini adalah buku
yang bisa dijadikan teman kapanpun kita butuh nasehat atau sekedar untuk
menguatkan hati yang sedang jatuh. Seperti kalimat pembuka di buku ini yang
tertulis:
“tentang memori, gagal, tumbuh, patah, bangun, hilang, menunggu,
bertahan, berubah dan semua ketakutan manusia pada umumnya”.
Buku ini layak untuk dibaca lagi, lagi dan lagi.
Dalam buku ini secara garis besar ada empat bagian pesan
yang disampaikan, ada pesan pagi, siang, sore dan malam. Tokoh Awah adalah
tokoh yang digambarkan menulis pesan-pesan dalam buku ini. Awan menulis pesan
ini untuk anaknya di masa depan karena takut ia tak bisa memahami kondisi
anaknya di masa itu. Dengan demikian, setiap pesan yang disampaikan di buku ini
adalah pesan-pesan yang pastinya relate banget
dengan kehidupan manusia.
Buku ini ditulis berdasarkan riset dari berbagai
permasalahan manusia pada umumnya yang dilakukan penulis melalui akun instagram
@nkcthi. Hal sederhana ini ternyata membuat banyak pembaca merasa “aku didengar”.
Dari berbagai hasil riset tersebut
dibuatlah pesan yang merupakan rangkuman rasa yang diungkapkan oleh para
pengikut di instaram. Pesan ini diharapkan mampu membuat pembaca menjadi “tidak
sendirian” dalam arti itu memang hal yang dialami manusia kok, jadi yuk mari
sama-sama kita bangkit.
Secara sederhana pesan yang ingin disampaikan penulis melalui buku ini yakni”manusia, ya jadi manusia
aja”, kenapa seperti itu ya?. Untuk menjawabnya aku akan menguraikan
beberapa pesan terbaik menurutku yang ada di buku ini. Pesan yang mungkin akan kembali mengingatkan bahwa kita adalah manusia.
1.
“selalu
ada yang pertama kali dalam banyak hal”
Iya, pesan ini untuk kita yang seringkali enggan mencoba hal baru karena
takut. Hidup itu akan terus berjalan, dan disetiap perjalanan akan selalu ada hal
yang baru. Setakut dan segugup apapun kita untuk hal yang pertamakalinya, kita harus
tetap hadapi. Di halaman berikutnya terdapat pesan “ibu rasa, presidenpun gugup saat hari pertama beliau bekerja”.
2.
“kalau
nanti ambisi jadi nomer satu, semoga bukan karena nyaman lihat yang lain dari
atas. Tapi, karena mau ajak yang lain keatas”
Pesan ini mengingatkan tentang bagaimana kita berusaha mencapai sesuatu
tanpa meninggalkan yang lain. Kolaborasi agaknya menjadi lebih tepat daripada
kompetisi. Berjuang bersama untuk mencapai puncak dan berada disana bersama
akan lebih indah daripada ada dipuncak sendirian.
3.
”nanti
bila kamu datang ke hidup orang lain, beritahu alasannya. Hingga nanti kamu
harus berhenti, beritahu alasannya. Jangan siksa mereka menebak lanjutan cerita”
Banyak yang memulai hubungan baik itu pertemanan ataupun komitmen dengan
alasan, tapi tak jarang berakhir begitu saja tanpa alasan. Sudah selayaknya
kemukakan kenapa kita tak bisa lagi sejalan. Bukan apa-apa biar masing-masing
nyaman memulai lagi.
4.
“saat
banyak kepala sibuk jadi sempurna, sederhana jadi langka rasanya”
Terkadang
terlalu banyak ini dan itu menjadikannya berlebihan padahal berharapnya bisa
lebih baik. Ketika banyak yang berlebihan, disaat itu yang paling sederhana
banyak menjadi pilihan. Gak usah terpaku dengan standard ini dan itu untuk jadi
sempurna, jadilah yang paling langka.
5.
“coba
dibantu untuk menghemat waktu, iya atau nggak?. Jangan terserah”
Ini yang paling sering terjadi. Kata “terserah” muncul begitu sering dalam
kehidupan. Mulai sekarang hindari dan coba kasih pilihan.
6.
“berada di
ruang ini, mungkin sudah takdirmu. Tapi jendela mana yang ingin kamu lihat, itu
pilihanmu”
Seberapa sering kita menyalahkan takdir? Agaknya kita lupa, bahwa apa
yang bisa kita lakukan dengan takdir sepenuhnya ada di tangan kita. Coba lihat
sisi lain dari takdir yang mungkin tak pernah kita pikirkan sebelumnya. Mulai lihat
takdirmu dari sisi yang lain.
7.
“tenang,
gak semua harus ada jawabannya sekarang”
Sering kali timbul berbagai
pertanyaan dalam benak kita. Jika itu terjadi cobalah untuk tenang, tidak semua
yang kita pertanyakan jawabannya ada di depan. Terkadang butuh waktu bagi kita
untuk menyadari bahwa itu jawabannya.
8.
“suatu
hari senang datang, nikmati saja. Tapi suatu hari, sedih akan lebih berkesan,
nikmati saja”
Pesan ini untuk kita sebagai
manusia, senang dan sedih itu sifat manusia banget kok. Gak usah pura-pura
senang kalau memang lagi sedih. Nikmati saja setiap peristiwa dalam hidup,
karena kita adalah manusia.
9.
“ada hari
dimana kita begitu dekat dengan doa beberapa malam, tapi dia menjauh. Mungkin kita
lupa ‘tidak’ juga jawaban”
Untuk kita yang selalu berharap
doa kita dikabulkan. Mungkin kita tidak sadar bahwa doa kita sudah dikabulkan. Iya,
“tidak” juga jawaban.
10.
“orang
yang bisa selamatkan diri, ya…. kita sendiri”
Aku percaya bahwa setiap orang
punya masalahnya masing-masing. Dan mereka sedang berusaha menyelesaikannya. Tidak
realistis jika kita meminta mereka membantu menyelamatkan kita. Yang bisa ya
kita sendiri.
11.
“kenapa
dipaksakan perpanjang kebahagiaan kalau tujuannya cuma menunda sedih?”
Sedih pasti datang, gak perlu
dihindari. Apalagi menghindarinya dengan terus pura-pura bahagia.
Itu tadi beberapa pesan terbaik dari buku NKCTHI menurut pendapatku. Pesan-pesan ini mungkin akan cepat kita lupakan jika kita hanya membacanya sesaat dan tanpa rasa. Maka dari itu butuh hati untuk membaca setiap pesan dari buku ini. Banyak pesan lain yang mungkin akan cocok bagi kalian yang belum aku ungkapkan disini. Oleh karenanya buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, aku rekomendasikan bagi kalian semua terutama bagi kalian yang ingin bangkit. Atau kalian juga bisa follow ig @nkcthi untuk mendapatkan lebih banyak pesan.
Selamat membaca.
Wednesday, 24 April 2019
ANAK MENDAPAT PELAJARAN YANG SAMA TAPI KENAPA NILAINYA BEDA??
Dunia anak memang dunia yang menyenangkan, sekaligus
menegangkan. Iya menegangkan karena karakter orang sangat dipengaruhi masa
anak2 mereka. Sekolah menjadi tempat dimana banyak waktu anak dihabiskan. Sejak
usia 5 tahun anak2 sudah “dipaksa” masuk kedalam system yang katanya supaya
anak menjadi pintar.
Selama di sekolah anak mendapat pengajaran yang sama satu
sama lain. Pelajaran yang diberikan sama dan lamanya waktu belajar juga sama,
lantas mengapa ada siswa yang rangking satu dan ada yang gak dapat rangking?
Kiranya pertanyaan itu yang sering dilontarkan oleh beberapa pihak. Maka dari
itu dalam tulisan kali ini aku akan mencoba menganalisis dari sudut pandangku
sendiri.
Jawaban sederhananya adalah karena kemampuan tiap anak
beda-beda. Anak memiliki daya tangkap masing-masing, cara menangkap masing-masing,
kemampuan menyerap yang juga masing-masing serta latar belakang yang juga
berbeda. Darimana asal perbedaan itu??. Orang tua dan lingkungan. Tiap anak
lahir dari orang tua yang berbeda dan lingkungan yang berbeda. Kemampuan dan
kecerdasan anak bisa diturunkan dari orang tua. Menurut berbagai sumber Ibu lah
yang paling dominan mempangaruhi kecerdasan anak. Ibu yang berkualitas akan
menghasikan anak yang berkualitas pula.
Lantas apakah anak yang tidak pandai berarti Ibunya tidak
berkualitas? Hal tersebut belum tentu benar. Kecerdasan anak tidak semata-mata
diturunkan tapi juga dibentuk. Pola pengasuhan dan didikan orang tua terhadap
anak juga sangat mempengaruhi kecerdasan anak. Anak ibarat kanvas yang akan
dilukis oleh orang tua mereka. Orang tua seharusnya mampu memahami tahapan
pekembangan anak, apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara menyampaikan pada
masing-masing tahapan. Untuk mengetahui hal ini maka orang tua dituntut untuk
“cerdas” mau belajar dan mau mencari tahu.
Peran aktif orang tua sangat berpengaruh terhadap perilaku
dan kecerdasan anak. Oleh karena itu tidak seharusnya orang tua hanya
menyerahkan pendidikan anak dari sekolah. Di sekolah perhatian terhadap anak
tidak optimal karena banyak anak yang harus diperhatikan. Anak perlu perhatian
khusus untuk bisa memahami suatu hal. Istilahnya “privat learning”, anak yang
berhadapan satu lawan satu dengan pengajar akan lebih paham dari pada belajar
satu lawan 10.
Selain orang tua, lingkungan adalah factor yang paling
besar pengaruhnya terhadap kecerdasan anak. Anak yang lahir dan tumbuh di lingkungan
yang baik akan membawa dampak yang baik pula bagi anak, begitu pula sebaliknya.
Tidak mungkin anak bisa bermain sepak bola jika di lingkungannya tidak ada
orang yang bermain sepak bola. Intinya kebiasaan yang ada disekitar lingkungan
tempat tinggal akan ditularkan kepada yang lain baik itu positif atau negative.
Jika lingkungan anak di sekitar baik maka orang tua perlu mendukung, jika tidak
baik maka orang tua memiliki peran untuk menjadikan lingkungan anak menjadi
baik.
Anak-anak dengan kecerdasan baik bisa dipastikan bisa
mengambil dampak positif dari lingkungannya. Lingkungan dengan orang-orang
baik, selalu berfikir maju, mau belajar, dan peduli akan masa depan anak akan
melahirkan anak dengan kemampuan lebih baik. Dan jika di sekolah, anak-anak
seperti inilah yang berpotensi mendapatkan nilai lebih baik dibanding dengan
anak-anak lain yang tidak mendapatkannya.
Anak tak pandai di sekolah? Jangan salahkan anaknya. Orang
tua yang harus introspeksi diri.
Sunday, 14 April 2019
EKONOMI MIKRO DAN MAKRO ITU BERBEDA YA…
Ekonomi menjadi hal yang sangat
penting bagi pertumbuhan suatu negara. Ekonomi masih menjadi sector krusial
yang akan menentukan arah pembangunan suatu negara. Jika kondisi ekonomi suatu
negara baik maka pertumbuhan negara juga bisa kearah yang lebih baik, begitu
pula sebaliknya.
Membahas masalah ekonomi, tidak
akan terlepas dari ekonomi mikro dan makro. Masyarakat awam memang tidak semua
mengetahuinya, tapi sebagai pemimipin bangsa harus bisa membedakan dengan jelas
mengenai hal tersebut. Kali ini saya tidak akan membahas detail secara teoritik,
tapi saya akan membahas keduanya secara sederhana agar mudah dipahami
masyarakat secara umum.
Perbedaan dasar
Seperti namanya mikro dan makro,
perbedaan utamanya ditentukan oleh ruang lingkupnya. Pada ekonomi mikro
lingkupnya hanya ekonomi skala kecil (individu), sedangkan pada ekonomi makro
lingkupnya secara menyeluruh (agregat), dan ketika ada campur tangan
pemerintah, ekonomi makro-lah yang dijadikan dasar bagi kebijakan ekonomi di
suatu negara.
Apa maksudnya skala individu dan
agregat?. Pada skala individu pelaku sector perekonomian adalah rumah tangga
atau perusahaan. Sedangkan skala agregat lingkupnya sudah negara, dimana sudah
terdapat peran pemerintah, campur tangan luar negeri dan lembaga keuangan.
Pada ekonomi mikro hanya berfokus
pada output, input, biaya, harga, penerimaan, keuntungan, dan kesejahteraan
yang semuanya hanya berdampak pada suatu individu saja. Sementara ekonomi makro
sudah mengarah pada lingkup perekonomian menyeluruh seperti pertumbuhan GDP,
pengangguran, inflasi dan neraca pembayaran.
Mengingat lingkup ekonomi makro yang
lebih luas dan lebih kompleks, maka membuat kebijakan dalam hal ekonomi negara
tidak semudah mengatur ekonomi rumah tangga atau perusahaan. Aturan-aturan yang
ada di ekonomi rumah tangga atau perusahaan juga tidak bisa diterapkan begitu
saja di ekonomi agregat karena jelas dampak dan kepentingan keduanya berbeda.
Dalam ekonomi makro ada yang
namanya agregat supply dan agregat demand. Permintaan dan penawaran tidak lagi
tunggal tapi menyeluruh. Didalamnya harus memperhatikan juga kebijakan fiscal dan
kebijakan moneter. Ada pajak, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dll.
Impor, salah gak sih?
“Banyak produk impor masuk, impor
beras mengancam petani, pemerintah terus membiarkan impor” dan masih banyak
pernyataan yang jika didengar oleh masyarakat umum mengartikan seolah-olah
impor adalah suatu hal yang salah. Lantas bagaimana yang benar?
Impor merupakan salah satu
komponen yang ada pada perekonomian terbuka. Dalam perekonomian makro
perekonomian dibedakan menjadi perekonomian tertutup dan terbuka. Gampangnya,
perekonomian tertutup tidak ada campur tangan luar negeri (ini tidak berlaku bagi
kondisi di Indonesia) sementara perekonomian terbuka ada campur tangan luar
negeri di dalamnya, ya Indonesia menganut system perekonomian terbuka. Campur tangan
luar negeri yang dimaksud disini adalah adanya ekspor dan impor atau disebut juga
net eksport. Komponen inilah yang membedakan antara perekonomian terbuka dan
tertutup.
Singkatnya:
Perekonomian tertutup:
Y = ( C + I + G )
Perekonomian terbuka:
Y = (C + I + G ) + NX
Ket:
- Pendapatan Nasional (Y)
- Pengeluaran konsumsi ( C )
- Investasi ( I )
- Belanja pemerintah ( G )
- Ekspor-Impor (NX)
Nah sudah jelas kan bahwa ada
komponen import di dalamnya. Jika tidak ada komponen itu artinya kita tidak
melakukan hubungan dengan negara lain. Mungkinkah? Dalam kondisi saat ini tentu
tidak mungkin. Jadi impor sebenarnya bukan sesuatu yang salah, asalkan nilai
net ekspor masih positif (ekspor lebih besar daripada impor). Selain itu, impor
yang dilakukan tidak memberikan dampak negative bagi masyarakat local.
Mengapa negara mengimpor? Untuk
barang-barang industri impor dilakukan mungkin karena negara belum bisa
memproduksi barang tersebut atau biaya mengimpor lebih rendah daripada biaya
jika memproduksi. Untuk komoditas pertanian impor dilakukan karena produksi
saat ini belum mampu mencukupi semua kebutuhan dan permintaan masyarakat. Impor
hasil pertanian tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tapi
juga sebagai bahan penyangga untuk memastikan stok bahan makanan mencukupi
untuk permintaan yang akan datang.
Impor membuat harga di tingkat petani turun?
Memang ada beberapa komoditas
impor yang harganya lebih murah daripada harga local. Kenapa? Ya mereka dari
sisi produksi lebih efisien sehingga harga lebih murah. Untuk harga komoditas local
yang lebih mahal membuat para konsumen lebih memilih komoditas impor. Misalnya saja
kedelai, para pengrajin tempe tahu lebih memilih kedelai impor karena selain
harganya yang lebih murah kualitas juga lebih bagus. Akibatnya, harga komoditas
local harus diturunkan agar mampu bersaing.
Untuk melindungi para petani
sebenarnya pemerintah sudah menetapkan harga batas bawah dan batas atas. Batas bawah
artinya harga paling rendah yang harus diterima petani, sedangkan batas atas
adalah harga paling tinggi untuk konsumen. Melalui kebijakan ini diharapkan
petani tidak akan menerima kerugian akibat harga yang jatuh dan konsumen tidak
akan dirugikan akibat harga yang terlalu tinggi.
Kemudian jika dikatakan gak usah
impor beras, hal ini tentu tidak benar. Produksi dalam negeri belum mencukupi
dan jika dipaksa tidak impor akan terjadi kekurangan pangan, akibatnya harga-harga
bisa melonjak dan bisa mengakibatkan inflasi. Akibat lebih buruknya akan
terjadi kelaparan.
Meniadakan impor saya rasa hal
yang tidak mungkin. Kebutuhan masyarakat Indonesia semakin banyak sementara
produksi belum mengalami peningkatan yang signifikan.
Jika kuantitas impor saat ini
masih banyak maka pemerintah bisa berusaha mengurangi dengan meningkatkan
produksi dalam negeri. Dan nyatanya meningkatkan produksi tidak semudah itu. Produktivitas
lahan pertanian sudah semakin menurun, alih fungsi lahan pertanian semakin
banyak, jumlah petani muda semakin sedikit, musim yang tidak menentu berdampak
pada resiko gagal panen dan masih banyak masalah lainnya. Perlu kebijakan
khusus dan serius jika pemerintah benar-benar ingin meningkatkan produksi
apalagi jika tujuannya swasembada. Jika mengurangipun susah maka harus
dipertahankan jangan sampai impor melonjak menjadi lebih banyak.
Nah deminikan pembahasan singkat mengenai ekonomi mikro dan makro semoga bermanfaat.
Salam....
Subscribe to:
Comments (Atom)
