Saturday, 2 November 2019

Formalitas Cita-cita


Waktu TK seorang guruku bertanya "apa cita-citamu?"
Aku jawab polwan. Temanku yang lain menjawab tentara, polisi, guru, dokter bahkan astronot. Iya, cita-cita mainstream waktu itu.

Masuk SD pertanyaan itu kembali terulang.
"apa cita-cita kalian dimasa depan?"
Jawabanku berubah
"saya ingin jadi Dokter". Pun dengan jawaban teman-temanku yang lain.

Di bangku SMP ternyata aku masih mendapat pertanyaan yang sama, dan jawaban ku berubah lagi.
"Jadi guru bu".
Begitupun temanku yang lain.

Setelah SMA jawaban kami semakin abstrak. "ingin jadi orang sukses" kata kami.


Entahlah apakah pertanyaan ini masih ada di sekolah-sekolah jaman sekarang.

Yang jelas jawaban-jawaban kami menandakan betapa abu-abunya cita-cita bagi kami waktu itu. Selain itu kami gak tahu apa lagi jenis profesi selain yang biasa kami lihat, dengar dan ucapkan. Apalagi kami hanya anak-anak yang tinggal di desa yang bahkan gak tahu apa yang terjadi di dunia luar. Kami gak tahu apa saja yang bisa kami lakukan setelah dewasa, jalan apa saja yang bisa kami ambil dan kesempatan apa yang akan kami dapatkan.

Dan setelah mendengar jawaban kami, respon guru biasanya hanya "bagus" "wah bagus sekali" "wah hebat, beri tepuk tangan".

Sebenarnya bukan itu yang kami butuhkan. Kami butuh informasi dan pengetahuan lebih. "Jika ingin jadi ini maka harus melakukan ini, ini loh caranya, ini contohnya, mulai sekarang kamu harus begini biar bisa begitu, kamu bisa loh jadi sosok seperti ini".
Kami gak mendapatkan itu semua, bahkan juga dari orang tua kami. Satu-satunya sumber informasi waktu itu ya dari guru dan sekolah.


Dampaknya apa?
Cita-cita hanya soal profesi dan keinginan yang tertulis di buku pelajaran, tanpa pernah menjadi profesi yang tertulis di identitas.
Hanya segelintir dari kami yang bisa meraihnya.

Semua sudah terlajur, sekarang mau apa?
Aku gak akan membiarkan hal ini terulang pada anakku. Melihat diriku yang sekarang rasanya menyesal kenapa dulu aku gak dapet apa-apa yang seharusnya bisa membantu jalan hidupku. Terutama akses informasi dan kesempatan. Setelah dewasa aku baru tahu ternyata bisa loh jadi ini, ternyata profesi ini ada loh, ternyata begini loh cara-caranya kalau mau jadi ini, ternyata seharusnya dulu aku melakukan ini, kenapa aku gak tahu ini? Dan banyak hal lain yang baru aku tahu sekarang.

Aku memiliki keinginan jika kelak punya anak aku akan mengenalkan sebanyak mungkin profesi dan keahlian yang bisa mereka lakukan saat kelak mereka dewasa. Tentunya yang gak hanya bermanfaat bagi diri tapi juga banyak orang.
Tidak hanya jenisnya saja, tapi juga langkah apa yang harus ditempuh, bagaimana caranya bisa menjadi sosok seperti itu, siapa sosok2 hebat dari berbagai latar belakang, apa saja yang harus dilakukan dan diperlukan untuk mencapainya dan masih banyak hal lainnya.

Harapannya jika mereka banyak tahu, mereka akan bisa memilih mana yang mereka inginkan dan cita-citakan. Selain itu harapannya mereka punya motivasi lebih untuk mewujudkannya.

Maka selanjutnya tugasku sebagai orang tua adalah mengarahkan dan memfasilitasi mereka untuk mencapai apa yang mereka inginkan.
Bukan apa-apa, aku cuma ingin anak-anakku tahu apa yang harus mereka lakukan ketika dewasa. Aku ingin memastikan mereka mencapai apa yang mereka sebut cita-cita dan agar bisa membuktikan bahwa konsep cita-cita benar adanya.

Aku juga berharap semoga kurikulum pendidikan di era anakku semakin baik dan tidak hanya sebagai proses menunda bekerja atau menunda menikah.


***
Aku menuliskan ini untuk anakku kelak. Aku takut lupa jika nanti sudah jadi orangtua aku gak bisa memberikan apa yg seharusnya mereka dapatkan, salahsatunya akses sebanyak mungkin informasi dan pengetahuan dari orang tuanya.

Ahh jadi mikir betapa beratnya jadi orang tua.

Selamat berproses.

Tuesday, 29 October 2019

Pengalaman Dua Kali Gagal CPNS!!



What? Gagal?
Gagal kok di ceritain?
Gak papa, kata orang kegagalan adalah guru terbaik. Tapi menurutku kegagalan ya berarti kita belum berhasil he he (kalo udah berhasil nanti bikin cerita yg berhasil, Aamiin).
Walaupun begitu semoga kegagalan gak hanya jadi kenangan ya, tapi juga pembelajaran. Baiklah mari kita belajar dari kegagalan. Gak perlu terpuruk dan putus asa, kegagalan juga bagian hidup kok.

Sudah siap untuk seleksi Cpns tahun ini? Jika belum, mari kita siapkan. Jika belum pernah ikut, cari tahu sebanyak mungkin info. Jika sudah pernah ikut, jadikan pengalaman sebelumnya sebagai pembelajaran, seperti kali ini. Mari kita belajar.

Okey aku bakalan mulai cerita.

Aku sudah dua kali ikut tes seleksi CPNS, tahun 2017 dan 2018 dan semuanya gagal he he.
Tahun 2017 aku cuma sampai di tahap SKD (seleksi kompetensi dasar), sementara 2018 ada kemajuan sedikit sampai SKB (seleksi kompetensi bidang). Jadi tahapannya kurang lebih ada seleksi adm, SKD, SKB dan pemberkasan bagi yang lulus.

Alasan ikut seleksi:

Sebenarnya gak ada keinginan yang gimana2 buat ikut seleksi ini, atau gampangnya ikut karena ada kesempatan (masih muda, masih sempet, syarat memenuhi, ada bukaan seleksi, pendaftaran gratis) ya udah as simple as that.

Selain itu, ini juga buat ajang nantang diri sendiri sih, bisa gak nih tembus sesuatu yang seleksinya aja ada jutaan orang, kira2 kemampuanku sampai mana ya? Dan ketika sudah melalui jadi tahu ternyata kemampuanku baru segini atau sudah di level ini.
(Btw ini seleksi nasional kedua yang aku ikuti setelah SBMPTN dan menurutku lebih susah ini)

Cerita sedikit dari awal.

Tahun 2017 aku daftar di Kementerian Pertanian dengan formasi jabatan Analis Pasar Hasil Pertanian Ahli Pertama (belom ada bayangan ini tugasnya ngapain😂).
Singkat cerita, adm lulus dan lanjut SKD. Aku ngambil tes SKD di Jogjakarta, selain dekat, transportasi umum memadai juga bisa sekalian main he he.

Jujur aku gak punya persiapan khusus. Belajar juga alakadarnya (niatnya belum 100%). Mungkin aku agak beda dengan peserta2 lain yang sampe beli buku soal2 CPNS yang tebel2 itu, ikut bimbel atau les2, belajarnya rajin dsb. Yang jika menelisik hal itu aku jadi gak heran kenapa aku hak lanjut SKB. Ya karna masih banyak yang perjuangannya lebih "gila" dari pada aku. Mereka lebih berhak. Kalo gak salah waktu itu aku memenuhi skor minimal lolos, tapi menurut rangking aku masih belum masuk peringkat 3 besar, jadi gak bisa lanjut SKB (so sad).

Pembelajaran pertama

Di pengalaman pertama ini aku lumayan banyak belajar sih, terutama tentang perjuangan mereka2 untuk ikut seleksi ini. Melihat mereka ada yang sudah lumayan berumur, sedang hamil, sosok ayah, sosok ibu, peserta yang dari luar kota dan banyak jenis peserta lain membuat aku merasa kalo perjuanganku belum seberapa, perjalananku masih panjang dan "belum saatnya kau jatuh" weh jadi lirik lagu he he.

Next…

Tahun 2018 aku ikutan lagi. Masih di kementerian yang sama. Di tahun ini lebih banyak kementerian/lembaga instansi daerah yang membuka lowongan dan kenapa aku ambil di kementrian pusat karena ada alasan khususnya sih. Tapi selain itu gak banyak pemprov dan pemkot yang membuka formasi untuk latar belakang pendidikanku, jadilah pilih di pusat aja walaupun tahu resikonya ditempatkan ditempat yang jauh.

Aku ambil formasi jabatan Analis Data dan Informasi. Ambil ini karena menyesuaikan jurusan/prodi aja sih. Kenapa ini penting? Kesesuaian ini mungkin hal yang sepele, tapi banyak yang gugur di tahap akhir karena prodi/jurusan gak sesuai formasi yang dibutuhkan. Misal di formasi dibutuhkan jurusan Biologi, sedangkan kamu dari pendidikan Biologi jika kamu memaksa daftar mungkin seleksi adm bisa jadi lolos, tapi jika nanti penyaringan peserta lebih sedikit kesalahan ini akan bisa terbaca. Sayang gak sih udah berjuang sampai akhir tapi gugur karena kita yang kurang teliti
Jadi perhatikan pemilihan formasi.

Persiapan kedua

Sama seperti tahun 2017 aku belum ada persiapan khusus (belum belajar dari pengalaman). Niat ikut baru 50% karena memang masih kuliah juga. Bayangannya jika nanti lolos bakal ngelepas kuliah dan harus bayar penalti biaya beasiswa. Wah berat juga sih he he. Jadi ya gitu, ikut seleksi cuma buat nambah pengalaman sekaligus tes kemampuan lagi (jadi tim hore ceritanya, biar CPNSnya makin rame wkkk).

Persiapan belajar masih alakadarnya bahkan bisa dibilang zero preparation karena sibuk tugas kuliah. Tapi entah kenapa soal2 SKD 2018 menurutku lebih mudah dari tahun 2017. Oh iya, aku tes di Yogyakarta lagi tapi kali ini beda tempat.

Di akhir sesi tes, biasanya skor akan muncul di layar computer kita. Tapi entah kenapa skorku gak muncul, jadi aku gak tau persis berapa skor yang aku dapat. Ini yang bikin khawatir juga, masalah komputer. Takut ditengah sesi ngerjain soal komputer atau jaringan eror dsb. Aku sendiri ngalamin di sesi ini, dimana aku butuh minimal 3kali klik untuk bisa mengirim jawaban setiap soal dan ini sangat memakan waktu. Mungkin karena masalah ini juga skorku gak muncul. Tapi setelah lihat daftar nilai di layar besar di depan ternyata skorku memenuhi batas minimal.

Hasil kedua

Jadi sebenernya aku gak terlalu berharap lebih, yang penting target skor minimal terpenuhi. Pikirnya waktu itu "rugi banget nih gue kalo udah dibela2in nyuri2 waktu kuliah, jauh2 ke Yogja tapi gak hasil, skor minimal harus dapet nih" maka dari itu pas ngerjain soal kayak punya semangat yang lebih menggebu gitu.
Ternyata hasilnya lumayan mengejutkan, aku lolos SKD dengan peringkat 2 dari 3 orang yang lolos. Yang terfikir waktu itu sih andai aku belajar bener pasti bisa lebih nih hasilnya. Tapi dengan hasil itupun aku udah bersyukur banget, setidaknya ada kemajuan dari tahun 2017.

SKB

Beberapa bulan kemudian lanjut tes SKB. Jujur aku bingung banget di tahap ini. Gambaran soal gak ada sama sekali, cuma tahu kalo soalnya sesuai dengan formasi yang diambil. Coba cari gak nemu juga. Akhirnya berangkat dengan kepasrahan, penuh apapun soalnya bakal tak jawab (nekat).

Bisa dibilang kondisi dan posisiku pas SKB ini agak gimana gitu. Pertama gak seperti SKD yang pergi tesnya bareng2 teman, ya karna dr beberapa temanku hanya sedikit yang lanjut di tahap ini dan jadwalnyapun beda2. Jadilah berangkat sendiri (hiks hiks), kayak gak ada yang nyemangatin gitu (lebay). Kedua, jadwal tesku mepet banget dengan kegiatan kuliah. Inget banget waktu itu jam 5 pagi baru sampe Solo dari kegiatan di Bandung dan jam 7 udah harus berangkat ke Yogja buat tes. Masih ngantuk, otak juga belum sepenuhnya bisa diajak kerja sama. Ditambah lagi posisi dudukku pas tes yang aku anggap juga cukup berpengaruh. Gak beruntungnya aku, aku duduk persis di bawah AC dan itu dingin banget. Udah ngantuk plus kedinginan (hufff).

Dan benar saja, soalnya aku gak paham sama sekali. Ya soalnya seputar teknik informasi, pemrograman dan komputer. What? Sementara aku backgroundnya agribisnis dan pertanian. Semenjak itu baru sadar, wah aku salah ambil posisi nih. Meskipun di Kementerian Pertanian, agaknya formasi ini lebih cocok diisi anak TI. 
Ya sudah mengerjakan sebisanya, dan hasilnya gak sesuai target minimalku. Kecewa? Pasti. Mungkin ini sebabnya anak2 yang dari jurusan dengan lingkup yang luas (biasanya masuk formasi tenaga teknis) lebih susah lolos dibanding anak2 yang dari jurusan spesifik (tenaga guru dan Kesehatan).

Pembelajarannya sih, pilih formasi yang memang agak nyrempet2 background bidang kita. Jangan hanya lihat instansi dan kementeriannya aja yang sesuai. Memang gak banyak sih pilihannya, jika kepepetnya cuma ada formasi yang gak sesuai maka persiapin belajar materi-materi yang sesuai formasi. Kira2 aja formasi ini belajarnya ini dst.

Gagal di SKB itu nyesek rasanya, padahal tinggal ngalahin dua orang aja dan setahap lagi sampe. Tapi ya gimana jika belum rejekinya.

Pembelajaran kedua

Belajar, belajar dan belajar. Apapun itu!

Kira-kira itu pengalaman yang bisa aku bagi. Semoga yang mau ikutan seleksi jalannya dimudahkan dan bisa lolos sampai tahap akhir. Bagi yang pernah gagal juga, tetap semangat mungkin jalan kita gak disini tapi kalo mau coba lagi harus lebih well prepare.

Semangat semuanya..

Sunday, 20 October 2019

Ngobrol sama Teman (lama)? Hindari Kata-kata Ini!


Hallo...
Sebagai makhluk sosial, manusia pasti berinteraksi dengan yang lain ya. Nah salah satu caranya biasanya dengan basa-basi.
Yaps basa-basi yang sering dianggap basi dan mengganggu nyatanya masih sering dilakukan. Apakah kamu termasuk salah satunya?

Sebenarnya gak ada yang salah dengan basa-basi, hanya saja harus sesuai porsi. Sebagai interaksi verbal, kata menjadi senjata dalam basa-basi. Agar tidak menyinggung orang lain sebaiknya kita hindari kata-kata berikut ini.

1. "kamu gendutan ya?"
"kamu kurusan ya?"

Kata-kata ini agaknya paling sering kita dilakukan tapi kita gak sadar jika ini termasuk body shamming dan mungkin akan menyinggung orang lain. Coba kurangin kata-kata ini dan ganti dengan
"hai, tambah sehat kamu ya" atau
"wah tambah cantik/ganteng"
Siapa sih yang gak seneng dibilang cantik/ganteng? Kuncinya jangan berlebihan dan seakan menyiratkan kalo dulu dia jelek ya. Memuji sewajarnya saja.

2. "enak ya kamu..."

Yups ini kata sederhana tapi seakan meremehkan. Hah kok bisa?.
Misal: "enak ya kamu udah punya rumah sendiri". Kata ini seakan menyiratkan bahwa dia dapetin itu kayak gampang gitu, padahal mungkin ada perjuangan sampai jungkir balik buat punya rumah sendiri. Atau mungkin satu sisi dia sudah punya rumah tapi di sisi lain ada sesuatu yg ditunggu tapi belum mereka dapatkan. Istri/suami/anak mungkin.
Jadi jangan ucapin ini, cukup kasih selamat atas pencapaian yang sudah dicapai.

3. "kapan nikah?"

Whattt?? Ya ini juga sering banget!!!
Memang gak semua orang tersinggung dengan pertanyaan ini, tapi lebih baik dihindari lah. Semua orang pengen nikah kok tunggu aja undangannya. Ganti aja dengan ucapan doa atau minimal gini
"ditunggu kabar baiknya ya". Memang kabar baik gak hanya tentang pernikahan, tapi jika teman lama ngasih kabar baik apalagi kalau bukan undangan pernikahan.

4. "Kapan wisuda?"
"kapan punya anak?"
"kerja dimana?"

Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sekiranya sensitif dan belum mereka dapatkan. Ini sama seperti pertanyaan "kapan nikah" sih, tapi ini lebih spesifik dan lebih subyektif. Kita kenal orang-orang tersebut dan kita tahu mereka belum akan menghadapi itu tapi kita tegaskan dengan bertanya secara langsung.
Kita gak tahu bagaimana perjuangan atau kesulitan mereka kenapa belum ada di titik itu jadi lebih baik jangan tanyakan. Kecuali mereka sendiri yang bercerita dan memulai pembicaraan tentang topik tersebut, termasuk kesulitan yang mereka alami. Jika seperti itu kita cukup mendengarkan tanpa menghakimi "kamu begini sih", "kamu begitu sih". Dengarkan saja, jika mereka minta saran barulah kita bicara dengan hati-hati.

5. "kenapa kamu nggak..."

Sebenarnya ini juga pertanyaan biasa, tapi harus disesuaikan dengan konteks apa yang kita bicarakan. Dari kalimat ini bisa menimbulkan kesan bahwa pilihan mereka salah/gak baik/keliru/gak seharusnya dilakukan.
Misalnya ada teman yang memilih jadi ibu rumah tangga padahal dia sarjana. Kemudian ada pertanyaan "kenapa kamu nggak kerja aja, sayang loh ijasahnya".
Pertanyaan ini mengandung judgement bahwa "gak seharusnya dia hanya jadi ibu dirumah".
Sebaiknya kalau memang mau tahu alasannya, perhalus kalimatnya atau ngobrol biasa aja tapi membuat dia terpancing dan mau cerita sendiri.


Baiklah itu tadi beberapa kata yang sebaiknya dihindari saat basa basi. Mungkin masih banyak lagi tapi kita gak sadar. Jadi lebih baik diskusi saja jangan basa-basi. He he..




Friday, 18 October 2019

Perempuan dan Stereotipe

Menjadi perempuan agaknya menjadi hal yang cukup rumit. Banyak stereotipe tentang perempuan yang berkembang di masyarakat yang tidak jarang menimbulkan ketidaknyamanan. Stereotipe sendiri adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan (wikipedia).

Nah berikut beberapa stereotipe yang sering dialamatkan pada perempuan.

[satu]
Penjaga warteg cewek cantik, viral!
Tukang ojek cewek cantik, viral!
Tukang ikan cewek cantik, viral!

Pertanyaannya adalah
Apakah penjaga warteg gak boleh cantik atau cewek cantik gak boleh jaga warteg?
Apakah tukang ojek gak boleh cantik atau cewek cantik gak boleh jadi tukang ojek?
Apakah tukang ikan gak boleh cantik atau cewek cantik gak boleh jual ikan?

Ahh, agak miris lihatnya. Stereotipe perempuan cantik di Indonesia seakan digambarkan sebagai sosok public figure, model, ataupun selebgram. "Cantik-cantik kok jual ikan" begitu pikir mereka. Mungkin dipikiran mereka wajah cantik bisa loh jadi ini dan itu, kenapa gak jadi ini dan itu saja?. Tapi tahukah mereka jika mungkin jalan, tuntutan atau kenyamanan yg membuat mereka ada di posisi itu?

Setiap perempuan terlahir "cantik" dan setiap perempuan memiliki hak untuk berkarya, bekerja dan berkarir. Apapun pilihan mereka jangan bereaksi berlebihan dan jangan hakimi mereka.

[dua]
Perempuan gak usah sekolah tinggi-tinggi nanti juga jadi ibu rumah tangga.
Perempuan gak usah sekolah tinggi-tinggi nanti gak ada yang berani nglamar.
Perempuan gak usah sekolah tinggi-tinggi gak kasihan apa sama orang tua.

Ahhh, bingung juga. Katanya perempuan harus setara dengan laki-laki, ini upaya perempuan untuk kearah situ loh!. Setiap tahun hari Kartini diperingati, apa iya perjuangannya cuma untuk dikenang tanpa diteruskan?. Sudah selayaknya terutama sesama perempuan mendukung bukan malah menjatuhkan.

Sekolah bukan semata-mata untuk mengejar karir kok. Dengan sekolah wawasan perempuan akan bertambah, pola fikir lebih terbuka, mandiri, kreatif, visioner dsb. Itu gak hanya buat ngebangun karir tapi juga buat ngebangun kehidupan termasuk rumah tangga.

Memang tidak bisa dipungkiri kodrat perempuan sebagai istri dan ibu, tapi untuk jadi istri dan ibu yg sukses apa datang dengan sendirinya?
Jawabannya tidak. Setiap perempuan dituntut untuk terus belajar (formal dan informal) untuk bisa sukses dan menyukseskan kehidupannya.

Masalah jodoh, apa sih yang perlu dikhawatirkan?. Semua sudah diatur. Gak perlu kompromi dan berdebat soal ini!.

[tiga]
Perempuan sudah 25-30 tahun kok belum nikah?
Kenapa belum nikah nanti jadi perawan tua loh?

Ini termasuk pikiran-pikiran yang belum terbuka dan masih menjadikan kehidupan jaman dulu sebagai patokan.

Well, tahu gak sih saat ini di Indonesia itu terjadi bonus demografi?. Penduduk usia produktif lebih banyak dari non produktif. Bukan produktif secara reproduksi ya, tapi usia dimana seseorang bisa menghasilkan karya. Yups karya aja dulu, Indonesia butuh kita (perempuan) guys. Katanya mau ngentasin kemiskinan, katanya banyak pengangguran, katanya banyak kasus kurang gizi, katanya butuh keadilan, apa iya dipikiranmu cuma nikah, nikah dan nikah!

Apa urusannya dengan usia nikah?
Balik lagi konsep awal soal jodoh "jodoh itu sudah diatur termasuk kapan datangnya", jika memang diusia itu jodoh belum datang ya memang perempuan masih diminta berkarya bukan malah meratapi nasib. Sayang gak sih di usia produktif itu kita cuma meratapi jodoh?

Mungkin dengan berkarya bisa membantu membuat lapangan kerja, membantu mengurangi kemiskinan, gizi buruk atau minimal berkontribusi buat keluarga dulu. Yang mungkin juga itu gak bisa perempuan lakukan jika sudah menikah.

Bungkam stereotipe itu dengan sisi positif yang kita punya. Mungkin kita belum menikah diusia itu, tapi kita sudah begini, begitu dst.

[empat]
Perempuan bercerai itu buruk!
Janda itu perempuan genit!

Percaya deh, gak ada yg mau bercerai, jadi janda ataupun jadi single parent. Banyak perempuan yang disalahkan akan kondisi itu padahal mereka gak tahu apa yang dialami. Mungkin perempuan-perempuan itu sudah berupaya untuk mencegah hal ini terjadi tapi akhirnya harus terjadi. Kondisi mereka hanya mereka sendiri yang tahu, jadi stop menghakimi.

Ada kutipan menarik seperti ini "terkadang melepaskan itu keputusan yang lebih sulit daripada bertahan". Iya mereka kesulitan dan masih harus mengambil keputusan sulit. Jangan tambahi dengan hujatan-hujatan yang gak seharusnya diberikan.

[lima]
Perempuan baik-baik itu yang pakaiannya seperti ini, rambutnya seperti ini, cara ngomongnya seperti ini!
Perempuan itu harus bisa dandan!

Penampilan memang penting, tapi tidak selalu benar jika penampilan menggambarkan hati seseorang, terutama perempuan. Mungkin ada perempuan yang berpakain tertentu karena tuntutan pekerjaan, dll. Kita harus mengindari judgment sepihak hanya berdasarkan penampilan.

Perempuan cantik gak harus bermakeup tabal kok, makeup biasa saja sudah cukup. Cantik gak selalu identik dengan makeup. Sebaliknya, gak ada yang salah juga dengan perempuan yang bermakeup.

Akan selalu ada alasan dibalik sebuah keputusan. Akan selalu ada pertentangan dalam dalam setiap tidakan. Bukan tugas kita untuk menghakimi.


Ah, sebagai perempuan agaknya harus lebih kuat! dan untuk jadi kuat kita butuh perempuan lain. Jika sesama perempuan saling menjatuhkan lalu kepada siapa kita harus mencari dan menciptakan kekuatan?


Ada lagi stereotipe tentang perempuan yang kamu rasakan?
Yuk sharing:-)

Wednesday, 16 October 2019

Pesan Terbaik Buku NKCTHI untuk Hadapi Ketakutanmu




Buku Nanti Kita Cerita tentang Hari ini atau bisa disingkat NKCTHI adalah buku karya Marcella FP, berisi pesan-pesan yang dikemas dalam quotes dan ilustrasi yang menarik. Tak perlu penjelasan yang panjang lebar, pesan yang ingin disampaikan pasti langsung ditangkap bagi pembacanya.



sejutatintan.blogspot.com



Menurutku buku ini adalah buku yang tidak untuk dibaca sampai habis kemudian selesai, buku ini adalah buku yang bisa dijadikan teman kapanpun kita butuh nasehat atau sekedar untuk menguatkan hati yang sedang jatuh. Seperti kalimat pembuka di buku ini yang tertulis:

“tentang memori, gagal, tumbuh, patah, bangun, hilang, menunggu, bertahan, berubah dan semua ketakutan manusia pada umumnya”.

Buku ini layak untuk dibaca lagi, lagi dan lagi.

Dalam buku ini secara garis besar ada empat bagian pesan yang disampaikan, ada pesan pagi, siang, sore dan malam. Tokoh Awah adalah tokoh yang digambarkan menulis pesan-pesan dalam buku ini. Awan menulis pesan ini untuk anaknya di masa depan karena takut ia tak bisa memahami kondisi anaknya di masa itu. Dengan demikian, setiap pesan yang disampaikan di buku ini adalah pesan-pesan yang pastinya relate banget dengan kehidupan manusia.


Buku ini ditulis berdasarkan riset dari berbagai permasalahan manusia pada umumnya yang dilakukan penulis melalui akun instagram @nkcthi. Hal sederhana ini ternyata membuat banyak pembaca merasa “aku didengar”.  Dari berbagai hasil riset tersebut dibuatlah pesan yang merupakan rangkuman rasa yang diungkapkan oleh para pengikut di instaram. Pesan ini diharapkan mampu membuat pembaca menjadi “tidak sendirian” dalam arti itu memang hal yang dialami manusia kok, jadi yuk mari sama-sama kita bangkit.


Secara sederhana pesan yang ingin disampaikan penulis melalui buku ini yakni”manusia, ya jadi manusia aja”, kenapa seperti itu ya?. Untuk menjawabnya aku akan menguraikan beberapa pesan terbaik menurutku yang ada di buku ini. Pesan yang mungkin akan kembali mengingatkan bahwa kita adalah manusia. 

1.       “selalu ada yang pertama kali dalam banyak hal”
Iya, pesan ini untuk kita yang seringkali enggan mencoba hal baru karena takut. Hidup itu akan terus berjalan, dan disetiap perjalanan akan selalu ada hal yang baru. Setakut dan segugup apapun kita untuk hal yang pertamakalinya, kita harus tetap hadapi. Di halaman berikutnya terdapat pesan “ibu rasa, presidenpun gugup saat hari pertama beliau bekerja”.

2.       “kalau nanti ambisi jadi nomer satu, semoga bukan karena nyaman lihat yang lain dari atas. Tapi, karena mau ajak yang lain keatas”
Pesan ini mengingatkan tentang bagaimana kita berusaha mencapai sesuatu tanpa meninggalkan yang lain. Kolaborasi agaknya menjadi lebih tepat daripada kompetisi. Berjuang bersama untuk mencapai puncak dan berada disana bersama akan lebih indah daripada ada dipuncak sendirian.

3.       ”nanti bila kamu datang ke hidup orang lain, beritahu alasannya. Hingga nanti kamu harus berhenti, beritahu alasannya. Jangan siksa mereka menebak lanjutan cerita”   
Banyak yang memulai hubungan baik itu pertemanan ataupun komitmen dengan alasan, tapi tak jarang berakhir begitu saja tanpa alasan. Sudah selayaknya kemukakan kenapa kita tak bisa lagi sejalan. Bukan apa-apa biar masing-masing nyaman memulai lagi.

4.       “saat banyak kepala sibuk jadi sempurna, sederhana jadi langka rasanya”
Terkadang terlalu banyak ini dan itu menjadikannya berlebihan padahal berharapnya bisa lebih baik. Ketika banyak yang berlebihan, disaat itu yang paling sederhana banyak menjadi pilihan. Gak usah terpaku dengan standard ini dan itu untuk jadi sempurna, jadilah yang paling langka.

5.       “coba dibantu untuk menghemat waktu, iya atau nggak?. Jangan terserah”
Ini yang paling sering terjadi. Kata “terserah” muncul begitu sering dalam kehidupan. Mulai sekarang hindari dan coba kasih pilihan.

6.       “berada di ruang ini, mungkin sudah takdirmu. Tapi jendela mana yang ingin kamu lihat, itu pilihanmu”
Seberapa sering kita menyalahkan takdir? Agaknya kita lupa, bahwa apa yang bisa kita lakukan dengan takdir sepenuhnya ada di tangan kita. Coba lihat sisi lain dari takdir yang mungkin tak pernah kita pikirkan sebelumnya. Mulai lihat takdirmu dari sisi yang lain.

7.       “tenang, gak semua harus ada jawabannya sekarang”
Sering kali timbul berbagai pertanyaan dalam benak kita. Jika itu terjadi cobalah untuk tenang, tidak semua yang kita pertanyakan jawabannya ada di depan. Terkadang butuh waktu bagi kita untuk menyadari bahwa itu jawabannya.

8.       “suatu hari senang datang, nikmati saja. Tapi suatu hari, sedih akan lebih berkesan, nikmati saja”
Pesan ini untuk kita sebagai manusia, senang dan sedih itu sifat manusia banget kok. Gak usah pura-pura senang kalau memang lagi sedih. Nikmati saja setiap peristiwa dalam hidup, karena kita adalah manusia.

9.       “ada hari dimana kita begitu dekat dengan doa beberapa malam, tapi dia menjauh. Mungkin kita lupa ‘tidak’ juga jawaban”
Untuk kita yang selalu berharap doa kita dikabulkan. Mungkin kita tidak sadar bahwa doa kita sudah dikabulkan. Iya, “tidak” juga jawaban.

10.   “orang yang bisa selamatkan diri, ya…. kita sendiri”
Aku percaya bahwa setiap orang punya masalahnya masing-masing. Dan mereka sedang berusaha menyelesaikannya. Tidak realistis jika kita meminta mereka membantu menyelamatkan kita. Yang bisa ya kita sendiri.

11.   kenapa dipaksakan perpanjang kebahagiaan kalau tujuannya cuma menunda sedih?”
Sedih pasti datang, gak perlu dihindari. Apalagi menghindarinya dengan terus pura-pura bahagia.

Itu tadi beberapa pesan terbaik dari buku NKCTHI menurut pendapatku. Pesan-pesan ini mungkin akan cepat kita lupakan jika kita hanya membacanya sesaat dan tanpa rasa. Maka dari itu butuh hati untuk membaca setiap pesan dari buku ini. Banyak pesan lain yang mungkin akan cocok bagi kalian yang belum aku ungkapkan disini. Oleh karenanya buku Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, aku rekomendasikan bagi kalian semua terutama bagi kalian yang ingin bangkit. Atau kalian juga bisa follow ig @nkcthi untuk mendapatkan lebih banyak pesan.

Selamat membaca.


Wednesday, 24 April 2019

ANAK MENDAPAT PELAJARAN YANG SAMA TAPI KENAPA NILAINYA BEDA??


Dunia anak memang dunia yang menyenangkan, sekaligus menegangkan. Iya menegangkan karena karakter orang sangat dipengaruhi masa anak2 mereka. Sekolah menjadi tempat dimana banyak waktu anak dihabiskan. Sejak usia 5 tahun anak2 sudah “dipaksa” masuk kedalam system yang katanya supaya anak menjadi pintar.

Selama di sekolah anak mendapat pengajaran yang sama satu sama lain. Pelajaran yang diberikan sama dan lamanya waktu belajar juga sama, lantas mengapa ada siswa yang rangking satu dan ada yang gak dapat rangking? Kiranya pertanyaan itu yang sering dilontarkan oleh beberapa pihak. Maka dari itu dalam tulisan kali ini aku akan mencoba menganalisis dari sudut pandangku sendiri.

Jawaban sederhananya adalah karena kemampuan tiap anak beda-beda. Anak memiliki daya tangkap masing-masing, cara menangkap masing-masing, kemampuan menyerap yang juga masing-masing serta latar belakang yang juga berbeda. Darimana asal perbedaan itu??. Orang tua dan lingkungan. Tiap anak lahir dari orang tua yang berbeda dan lingkungan yang berbeda. Kemampuan dan kecerdasan anak bisa diturunkan dari orang tua. Menurut berbagai sumber Ibu lah yang paling dominan mempangaruhi kecerdasan anak. Ibu yang berkualitas akan menghasikan anak yang berkualitas pula.

Lantas apakah anak yang tidak pandai berarti Ibunya tidak berkualitas? Hal tersebut belum tentu benar. Kecerdasan anak tidak semata-mata diturunkan tapi juga dibentuk. Pola pengasuhan dan didikan orang tua terhadap anak juga sangat mempengaruhi kecerdasan anak. Anak ibarat kanvas yang akan dilukis oleh orang tua mereka. Orang tua seharusnya mampu memahami tahapan pekembangan anak, apa yang dibutuhkan dan bagaimana cara menyampaikan pada masing-masing tahapan. Untuk mengetahui hal ini maka orang tua dituntut untuk “cerdas” mau belajar dan mau mencari tahu.

Peran aktif orang tua sangat berpengaruh terhadap perilaku dan kecerdasan anak. Oleh karena itu tidak seharusnya orang tua hanya menyerahkan pendidikan anak dari sekolah. Di sekolah perhatian terhadap anak tidak optimal karena banyak anak yang harus diperhatikan. Anak perlu perhatian khusus untuk bisa memahami suatu hal. Istilahnya “privat learning”, anak yang berhadapan satu lawan satu dengan pengajar akan lebih paham dari pada belajar satu lawan 10.

Selain orang tua, lingkungan adalah factor yang paling besar pengaruhnya terhadap kecerdasan anak. Anak yang lahir dan tumbuh di lingkungan yang baik akan membawa dampak yang baik pula bagi anak, begitu pula sebaliknya. Tidak mungkin anak bisa bermain sepak bola jika di lingkungannya tidak ada orang yang bermain sepak bola. Intinya kebiasaan yang ada disekitar lingkungan tempat tinggal akan ditularkan kepada yang lain baik itu positif atau negative. Jika lingkungan anak di sekitar baik maka orang tua perlu mendukung, jika tidak baik maka orang tua memiliki peran untuk menjadikan lingkungan anak menjadi baik.

Anak-anak dengan kecerdasan baik bisa dipastikan bisa mengambil dampak positif dari lingkungannya. Lingkungan dengan orang-orang baik, selalu berfikir maju, mau belajar, dan peduli akan masa depan anak akan melahirkan anak dengan kemampuan lebih baik. Dan jika di sekolah, anak-anak seperti inilah yang berpotensi mendapatkan nilai lebih baik dibanding dengan anak-anak lain yang tidak mendapatkannya.


Anak tak pandai di sekolah? Jangan salahkan anaknya. Orang tua yang harus introspeksi diri.

Sunday, 14 April 2019

EKONOMI MIKRO DAN MAKRO ITU BERBEDA YA…


Ekonomi menjadi hal yang sangat penting bagi pertumbuhan suatu negara. Ekonomi masih menjadi sector krusial yang akan menentukan arah pembangunan suatu negara. Jika kondisi ekonomi suatu negara baik maka pertumbuhan negara juga bisa kearah yang lebih baik, begitu pula sebaliknya.

Membahas masalah ekonomi, tidak akan terlepas dari ekonomi mikro dan makro. Masyarakat awam memang tidak semua mengetahuinya, tapi sebagai pemimipin bangsa harus bisa membedakan dengan jelas mengenai hal tersebut. Kali ini saya tidak akan membahas detail secara teoritik, tapi saya akan membahas keduanya secara sederhana agar mudah dipahami masyarakat secara umum.

Perbedaan dasar

Seperti namanya mikro dan makro, perbedaan utamanya ditentukan oleh ruang lingkupnya. Pada ekonomi mikro lingkupnya hanya ekonomi skala kecil (individu), sedangkan pada ekonomi makro lingkupnya secara menyeluruh (agregat), dan ketika ada campur tangan pemerintah, ekonomi makro-lah yang dijadikan dasar bagi kebijakan ekonomi di suatu negara.

Apa maksudnya skala individu dan agregat?. Pada skala individu pelaku sector perekonomian adalah rumah tangga atau perusahaan. Sedangkan skala agregat lingkupnya sudah negara, dimana sudah terdapat peran pemerintah, campur tangan luar negeri dan lembaga keuangan.

Pada ekonomi mikro hanya berfokus pada output, input, biaya, harga, penerimaan, keuntungan, dan kesejahteraan yang semuanya hanya berdampak pada suatu individu saja. Sementara ekonomi makro sudah mengarah pada lingkup perekonomian menyeluruh seperti pertumbuhan GDP, pengangguran, inflasi dan neraca pembayaran.

Mengingat lingkup ekonomi makro yang lebih luas dan lebih kompleks, maka membuat kebijakan dalam hal ekonomi negara tidak semudah mengatur ekonomi rumah tangga atau perusahaan. Aturan-aturan yang ada di ekonomi rumah tangga atau perusahaan juga tidak bisa diterapkan begitu saja di ekonomi agregat karena jelas dampak dan kepentingan keduanya berbeda.

Dalam ekonomi makro ada yang namanya agregat supply dan agregat demand. Permintaan dan penawaran tidak lagi tunggal tapi menyeluruh. Didalamnya harus memperhatikan juga kebijakan fiscal dan kebijakan moneter. Ada pajak, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, dll.

Impor, salah gak sih?

“Banyak produk impor masuk, impor beras mengancam petani, pemerintah terus membiarkan impor” dan masih banyak pernyataan yang jika didengar oleh masyarakat umum mengartikan seolah-olah impor adalah suatu hal yang salah. Lantas bagaimana yang benar?

Impor merupakan salah satu komponen yang ada pada perekonomian terbuka. Dalam perekonomian makro perekonomian dibedakan menjadi perekonomian tertutup dan terbuka. Gampangnya, perekonomian tertutup tidak ada campur tangan luar negeri (ini tidak berlaku bagi kondisi di Indonesia) sementara perekonomian terbuka ada campur tangan luar negeri di dalamnya, ya Indonesia menganut system perekonomian terbuka. Campur tangan luar negeri yang dimaksud disini adalah adanya ekspor dan impor atau disebut juga net eksport. Komponen inilah yang membedakan antara perekonomian terbuka dan tertutup.

Singkatnya:
Perekonomian tertutup:
Y = ( C + I + G )
Perekonomian terbuka:
Y = (C + I + G ) + NX
Ket:
  1. Pendapatan Nasional (Y)
  2. Pengeluaran konsumsi ( C )
  3. Investasi ( I )
  4. Belanja pemerintah ( G )
  5. Ekspor-Impor (NX)
Nah sudah jelas kan bahwa ada komponen import di dalamnya. Jika tidak ada komponen itu artinya kita tidak melakukan hubungan dengan negara lain. Mungkinkah? Dalam kondisi saat ini tentu tidak mungkin. Jadi impor sebenarnya bukan sesuatu yang salah, asalkan nilai net ekspor masih positif (ekspor lebih besar daripada impor). Selain itu, impor yang dilakukan tidak memberikan dampak negative bagi masyarakat local.

Mengapa negara mengimpor? Untuk barang-barang industri impor dilakukan mungkin karena negara belum bisa memproduksi barang tersebut atau biaya mengimpor lebih rendah daripada biaya jika memproduksi. Untuk komoditas pertanian impor dilakukan karena produksi saat ini belum mampu mencukupi semua kebutuhan dan permintaan masyarakat. Impor hasil pertanian tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tapi juga sebagai bahan penyangga untuk memastikan stok bahan makanan mencukupi untuk permintaan yang akan datang.

Impor membuat harga di tingkat petani turun?

Memang ada beberapa komoditas impor yang harganya lebih murah daripada harga local. Kenapa? Ya mereka dari sisi produksi lebih efisien sehingga harga lebih murah. Untuk harga komoditas local yang lebih mahal membuat para konsumen lebih memilih komoditas impor. Misalnya saja kedelai, para pengrajin tempe tahu lebih memilih kedelai impor karena selain harganya yang lebih murah kualitas juga lebih bagus. Akibatnya, harga komoditas local harus diturunkan agar mampu bersaing.

Untuk melindungi para petani sebenarnya pemerintah sudah menetapkan harga batas bawah dan batas atas. Batas bawah artinya harga paling rendah yang harus diterima petani, sedangkan batas atas adalah harga paling tinggi untuk konsumen. Melalui kebijakan ini diharapkan petani tidak akan menerima kerugian akibat harga yang jatuh dan konsumen tidak akan dirugikan akibat harga yang terlalu tinggi.

Kemudian jika dikatakan gak usah impor beras, hal ini tentu tidak benar. Produksi dalam negeri belum mencukupi dan jika dipaksa tidak impor akan terjadi kekurangan pangan, akibatnya harga-harga bisa melonjak dan bisa mengakibatkan inflasi. Akibat lebih buruknya akan terjadi kelaparan.

Meniadakan impor saya rasa hal yang tidak mungkin. Kebutuhan masyarakat Indonesia semakin banyak sementara produksi belum mengalami peningkatan yang signifikan.

Jika kuantitas impor saat ini masih banyak maka pemerintah bisa berusaha mengurangi dengan meningkatkan produksi dalam negeri. Dan nyatanya meningkatkan produksi tidak semudah itu. Produktivitas lahan pertanian sudah semakin menurun, alih fungsi lahan pertanian semakin banyak, jumlah petani muda semakin sedikit, musim yang tidak menentu berdampak pada resiko gagal panen dan masih banyak masalah lainnya. Perlu kebijakan khusus dan serius jika pemerintah benar-benar ingin meningkatkan produksi apalagi jika tujuannya swasembada. Jika mengurangipun susah maka harus dipertahankan jangan sampai impor melonjak menjadi lebih banyak.

Nah deminikan pembahasan singkat mengenai ekonomi mikro dan makro semoga bermanfaat.

Salam....